OPEC sebagai kumpulan negara-negara pengekspor minyak bumi pun tidak menurunkan produksinya. Termasuk Arab Saudi yang menjadi salah satu negara utama didalamnya.
Baca juga;
Sisi Lain Pentingnya Suami atau Mahram Perempuan Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Arab Saudi
Sementara pada saat bersamaan ekonomi China mengalami perlambatan. Padahal China adalah konsumen energi terbesar di dunia. Di sisi lain Jepang juga sedang masuk masa resesi dan mata uang Euro juga turun.
Ekonomi dunia pada masa itu betul-betul turun. Sementara produksi minyak terus digenjot.
Karenanya terjadilah over supply minyak dan harga minyak dunia jatuh. Bila Juni 2014 harga minyak adalah $110 perbarel, pada Januari 2016 harga minyak kurang dari $30 perbarel.
Baca juga;
Arab Saudi Dan Tempat-Tempat Suci BersejarahÂ
Setelah defisit anggaran ini, Arab Saudi sendiri pada dasarnya berhasil mengontrol kembali angarannya. Anggarannya pulih kembali pada tahun 2018. Sebelum goyah lagi karena wabah Covid-19.
Kebijakan untuk mengembalikan kembali defisit anggaran inilah yang menarik. Kejatuhan harga minyak di tahun 2014 menjadi trigger bagi kerajaan untuk melihat kembali postur anggaran negaranya.
Dari sisi pendapatan, jelas bila Arab Saudi sangat tergantung pada minyak bumi. Sektor ini menyumbang hampir 50% pendapatan Arab Saudi.