Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Tinggi dalam Kuasa Neoliberal: Pemikiran Giroux

23 Maret 2023   08:06 Diperbarui: 23 Maret 2023   08:31 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karikatur tentang ketidakadilan akibat neoliberalisme. Sumber: Cultursmag.com

Dalam keadaan seperti itu, kebebasan benar-benar terganggu. Ideologi neoliberal menerjemahkan setiap gagasan tentang keterhubungan dan ketergantungan individu dalam masyarakat sebagai sebagai patologi. Sistem ekonomi pasar telah menghasilkan ideologi yang melegitimasi berkurang atau hilangnya penelitian kritis, tanggung jawab moral, dan keadilan sosial dan ekonomi. 

Akibatnya, ideologi neoliberal semakin menyerupai ajakan perang yang membelokkan prinsip-prinsip demokrasi melawan demokrasi itu sendiri. Warga AS, misalnya, hidup dalam masyarakat yang hancur di mana ikatan antarmanusia menjadi rusak, demokrasi begitu terancam, dan semua hal yang bekaitan dengan publik dipandang dengan jijik.

Pemerintahan dalam Kendali Neoliberal

Dalam tata kelola pemerintah, neoliberalisme memungkinkan mereka yang memiliki uang berlimpah untuk terlibat dan menentukan urusan pemerintahan. Pemilu dan posisi politik tertentu, seperti wakil rakyat, kini diperjualbelikan kepada penawar tertinggi. 

Di Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat AS, misalnya, 47 % anggotanya adalah jutawan. Para wakil rakyat kurang memperhatikan permasalahan para pemilih mereka. Sebaliknya, mereka mengutamakan tuntutan pelobi yang memiliki pengaruh besar dalam mempromosikan kepentingan elit, sektor jasa keuangan, dan perusahaan besar, termasuk membeli kebijakan dan meminta keringanan pajak.

Dalam kondisi demikian, ketidaksetaraan ekonomi merupakan hal yang wajar, sedangkan para pemodal besar bisa menumpuk kekayaan terus-menerus. Dampaknya, demokrasi dibongkar dan dibajak untuk kebijakan yang mendukung pasar, alih-alih meringankan penderitaan manusia, kekerasan, kesengsaraan, dan kesulitan sehari-hari.

Ketidakadilan ekonomi dalam neoliberalisme. Sumber: www.citywatchla.com
Ketidakadilan ekonomi dalam neoliberalisme. Sumber: www.citywatchla.com

Pemerintahan demokratis digantikan oleh kedaulatan pasar, membuka jalan bagi bentuk dan mekanisme pemerintahan yang berkeinginan mengubah warga negara demokratis menjadi agen wirausaha. Bahasa pasar dan budaya bisnis kini hampir seluruhnya menggantikan perayaan kebutuhan publik atau seruan untuk meningkatkan karakteristik masyarakat sipil dari generasi sebelumnya. 

Banyak tokoh besar tidak dikaitkan lagi dengan kemampuan mereka menyerukan perjuangan, kemerdekaan, dan karakter unggul bangsa, tetapi sekedar dirayakan sebagai ikon yang tidak berisi pesan solidaritas dan perjuangan sosial apa pun. 

Penghapusan dan depolitisasi sejarah dan politik ini diimbangi dengan perayaan budaya bisnis di mana publik disuguhi pahlawan-pahlawan baru yang dianggap berhasil dengan temuan dan bisnis mereka. Bahkan, selebritas karena keterkenalan dijadikan duta untuk menangani permasalahan sosial dan kultural di masyarakat.

Pahlawan lama berkorban untuk meringankan penderitaan orang lain, sedangkan pahlawan baru yang diambil dari budaya perusahaan dan selebritas hidup dari penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun