Namun, bagi penonton dengan latar multikultural yang tidak biasa dengan pertunjukan ludruk dan remo, bermacam pesan tersebut bisa jadi hanya menjadi gerak yang benar-benar indah. Bagi saya, Meimura dan tim bisa menambahkan adegan, monolog, ataupun dialog yang berkorelasi dengan makna-makna dalam tari remo tersebut. Penambahan tersebut bisa membantu penonton untuk memahami makna gerakan remo yang dimainkan Sumo Gambar sehingga tidak terkesan menjadi tempelan belaka.
MENJADI RUSMINI, MENJADI TRAVESTI
Setelah Sumo Gambar selesai menari dan memilih untuk memainkan gamelan di atas panggung, Besut meneruskan ritual dengan kelengkapan cok bakal-nya. Ritual ini merupakan pengantar sebelum Besut mentransformasi tubuhnya menjadi tubuh Rusmini, tokoh perempuan yang dalam tradisi Besutan dimainkan oleh tokoh berbeda.
Keputusan untuk mentrasformasi tubuh lelaki menjadi tubuh perempuan adalah keputusan kultural sebagaimana para travesti ludruk yang membiarkan tubuh lelaki mereka memerankan tubuh, watak, dan perilaku perempuan. Namun, dalam tradisi ludruk, para travesti adalah seniman lelaki yang dalam hidup sehari-hari sudah bergaya seperti perempuan.
Dalam bahasa lokal di kawasan Arek biasa disebut banci atau wandu. Ini sesuai juga dengan pengertian travesti dalam tradisi Amerika Latin seperti Argentina dan Peru yakni identitas gender di mana seseorang yang terlahir sebagai laki-laki menjalankan peran dan ekspresi gender feminin, khususnya melalui penggunaan modifikasi tubuh feminisisasi, seperti terapi penggantian hormon, implan payudara, dan suntik silikon (https://en.wikipedia.org/wiki/Travesti_(gender_identity)
Eskpresi gender feminin bisa ditemui melalui pakaian, bahasan, dan peran sosial mereka. Meskipun demikian, mereka tidak melakukan operasi perubahan alat kelamin, dari penis vagina, atau yang biasa disebut trans woman. (“Trans woman”, https://en.wikipedia.org/wiki/Trans_woman).
Dari penjelasan tersebut, apa yang diperankan oleh Meimura dalam pertunjukan ini tidak bisa dikatakan sebagai travesti, karena dalam kehidupan sehari-hari ia tetap menampakan peran gender lelaki. Dalam ilmu humaniora dikenal istilah transformistas, yakni subjek lelaki yang mengenakan pakaian perempuan untuk kepentingan pertunjukan atau dalam istilah kontemporer disebut drag queen (https://en.wikipedia.org/wiki/Drag_queen).
Atau, travesti bisa jadi dilekatkan dengan tradisi teater di Eropa di mana tokoh berperan sebagai tokoh dengan jenis kelamin berkebalikan, tokoh perempuan memainkan tokoh lelaki atau sebaliknya (https://en.wikipedia.org/wiki/Travesti_(theatre)).
Terlepas dari pemaknaan-pemaknaan tersebut, bagi saya, penggunaan istilah travesti dalam Ritus Travesti merupakan usaha kreatif Meimura dan tim untuk menyuguhkan transformasi gender seorang lelaki yang bisa saja berperan sebagai perempuan untuk kepentingan kultural.