Namun, secara umum memang bersifat kualitatif. Apa yang perlu ditekankan adalah bahwa karakteristik tersebut menempatkan PET pada dimensi welas-asih dalam ruang ideal di mana pengetahuan komunitas tertentu tentang alam sekaligus menjadi visi komunal untuk tidak menghancurkan lingkungan dan segala isinya.Â
PET bukan semata-mata sistem pengetahuan dan tindakan, tetapi sistem pengetahuan, tindakan, dan keyakinan terintegrasi yang ditujukan tidak untuk mengeksploitasi dan mengendalikan alam lingkungan mereka sebebas-bebasnya (Berkes, 1993: 5).Â
Integrasi tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial PET yang menimbang beberapa dimensi penting seperti:
(1) makna simbolik melalui sejarah lisan, nama tempat, dan hubungan spiritiual; (2) kosmologi atau pandangan dunia yang berbeda dengan ilmu modern di mana ekologi menjadi bagiannya; dan, (3) hubungan berbasis prinsip timbal-balik dan obligasi baik buat anggota komunitas maupun makhluk hidup lainnya serta lembaga manajemen sumber daya alam komunal berbasis pengetahuan dan makna bersama (Berkes, 1993: 5).Â
Itulah mengapa PET tidak hanya berkaitan dengan kumpulan pengetahuan tetapi juga bisa dioperasionalkan untuk kepentingan-kepentingan ekologis seperti manajemen sumber daya alam, konservasi, dan yang lain (Menzies & Butler, 2006: 2).
Enam Wajah PET: Aspek Strategis & Tantangan
Meskipun banyak pakar yang mengkontraskan PET dan PES, bukan tidak mungkin untuk menemukan penjelasan dalam PET yang sesuai dengan kerangka akademis PES. Itu sekaligus menunjukkan bahwa yang tradisional bukan tidak mungkin memenuhi standar pengetahuan modern. Namun, hal ini tidak untuk menunjukkan bahwa PET dan PES pada dasarnya sama. Houde (2007) mengidentifikasi enam wajah dari PET untuk mempermudah pemahaman di tengah-tengah kompleksitas yang melingkupinya.
Pertama, observasi faktual, klasifikasi, dan dinamika sistem. Maksudnya, PET harus bisa diobservasi oleh peneliti dari luar komunitas untuk bisa melakukan penamaan komponen-komponen yang ada di lingkungan kawasan, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, gunung, perbukitan, lahan pertanian dan yang lain.Â
Tujuannya adalah untuk memahami keterkaitan erat antarsepesis, hubungan di dalam lingkungan biosifik, distribusi ruang, trend historis ruang dan pola populasi. Pemahaman ini bermanfaat untuk memantau indikator kesehatan eksosistem dan pengukuran perubahan ekologis, termasuk iklim.
Pengetahuan bersifat empiris tersebut memang membutuhkan waktu yang panjang untuk melakukan observasi, telaah, dan penyimpulan. Ini memang wajar karena ada usaha untuk mensaintifikasi PET dengan prinsip pengetahaun modern. Namun, untuk memahami dinamika ekosistem, termasuk perubahan dan permasalahan yang berlangsung dari waktu ke waktu, mekanisme modern tersebut cukup membantu.Â