Beberapa pemikir lebih memilih menggunakan "pengetahuan ekologis pribumi" sebagai upaya untuk menghindari debat dan untuk menekankan pada manusia-manusia pribumi. Masalahnya, membuang istilah tradisional juga bisa berimplikasi kepada masuknya ranah ini ke dalam pengetahuan ekologis yang menjadi bagian dari biologi sebagai bentuk ilmu pengetahuan modern.Â
Sementara, terdapat standar yang berbeda di antara pengetahuan tradisional dan modern. Apalagi tidak banyak masyarakat lokal yang menamai pengetahuan mereka tentang makhluk hidup dan lingkungan dengan nama pengetahuan ekologis. Itulah mengapa istilah tradisional tetapi dipertahankan untuk menunjukkan kualitas khusus.
Dari penelusurannya terhadap ragam definisi yang dikonseptualisasi oleh para pemikir sebelumnya, Berkes (1993: 3; 2008: 7) memberikan definisi operasional PET sebagai pengetahuan dan keyakinan kumulatif yang diwariskan dari generasi ke generasi yang menekankan hubungan makhluk hidup (termasuk manusia) satu sama lain serta dengan lingkungan mereka.Â
Lebih jauh lagi, PET merupakan atribut masyarakat dengan keberlanjutan historis dalam praktik penggunaan sumber daya alam; umumnya, mereka adalah masyarakat non-industrial atau masyarakat yang secara teknologi belum maju, banyak dari mereka adalah masyarakat pribumi/adat.
Apa yang menarik dari pemahaman definisi tersebut adalah "hubungan makhluk hidup (termasuk manusia) satu sama lain dan hubungan dengan lingkungan mereka". Kesadaran dan pengakuan hubungan tak terpisahkan antarmakhluk hidup dengan lingkungan, mengindikasikan bahwa PET menekankan kemanunggalan antarelemen yang hidup bersama-sama di muka bumi.Â
Pemahaman komprehensif dan holistik memang sulit terwujud dalam kehidupan masyarakat industri maju yang selalu menempatkan alam sebagai sesuatu yang harus dikuasai, meskipun ada sebagian kecil dari mereka yang tidak bersepakat dengan kerakusan industrial.Â
Namun, apa yang agak bermasalah adalah istilah masyarakat adat atau tribal, karena mengindikasikan sesuatu yang tetap dari masa lalu hingga masa kini.Â
Mungkin masih ada sebagian kecil masyarakat atau suku yang hidup dalam keadatan, namun sebagian besar masyarakat dunia saat ini sudah sulit untuk dikatakan sepenuhnya adat atau tribal. Lebih tepatnya kita memosisikan PET sebagai sekumpulan pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun dan sampai sekarang masih diyakini dan dipraktikkan oleh generasi penerus di tengah-tengah kehidupan yang sudah banyak berubah.
Pemahaman di atas juga mengindikasikan adanya perbedaan signifikan antara PET dengan "pengetahuan ekologis saintifik" (scientific ecological knowledge, selanjutnya disingkat PES) yang dikembangkan para pakar dengan logika ilmu pengetahuan modern. Berkes (1993: 4; 2008: 11-12) mengidentifikasi beberapa karakteristik PET yang membedakannya dengan PES sebagai berikut.Â
PET bersifat kualitatif, memiliki komponen intuitif, bersifat holistik, kemenyatuan antara apa yang ada di dalam pikiran dan di dalam material, berkenaan dengan nilai dan moral, spiritual, berbasis observasi empiris dan akumulasi fakta, berbasis data yang berasal dari penggunaan langsung, dan data diakronis (dari masa lalu ke masa kini dan konteksnya).Â
PES bersifat kuantitatif, murni rasional, cenderung reduksionis, pemisahan antara apa yang di dalam pikiran dan yang di dalam materi, bebas-nilai, mekanistik, berbasis eksperimen dan akumulasi sistematis fakta, dan data sinkronis (seperti rangkaian waktu singkat terkait data dari area yang luas).
Karakteristik-karakteristik di atas menunjukkan oposisi biner yang masih dimainkan untuk membedakan mana yang tradisional dan mana yang saintifik. Meskipun demikian, terdapat pengecualian untuk kasus tertentu. Ada beberapa PET yang juga bisa difomulasikan dalam bentuk kuantitatif.Â