Namun demikian, itu bergantung sepenuhnya kepada pemerintah, apakah mereka mau konsisten dengan slogan dan kampanye untuk menyelamatkan lingkungan yang dijalankan melalui banyak media dan kurikulum pendidikan atau lebih asyik 'bernyanyi' dan 'mendongeng' tentang pentingnya pelestarian dan keberlanjutan alam sembari terus merusak alam dengan pertambangan dan perkebunan dalam jumlah massif.Â
Kalau pemerintah masing-masing negara di dunia ini komitmen dan konsistensi untuk bersama-sama warga mengatasi permasalahan ekologis, mereka bisa mengajak masing-masing komunitas yang memiliki PET untuk terlibat aktif dengan dukungan perundang-undangan yang pro-penyelamatan dan keberlanjutan lingkungan hidup.
Ketika para akademisi global menegaskan pentingnya PET dan keterlibatan komunitas, akan menjadi aneh kalau pemerintah malah mengesampingkan peran strategis bermacam pengetahuan yang menjaga keberlanjutan lingkungan alam.
DAFTAR BACAAN
Berkes, Fikret. 2008. Sacred Ecology. New York: Routledge.
Berkes, Fikret. 1993. "Traditional Ecological Knowledge in Perspective". Dalam J.T. Ingglis (ed). Traditional Ecological Knowledge: Concepts and Case. Ottawa: International Program on Traditional Ecological Knowledge in association with International Development Research Centre.
Houde, N. 2007. "The six faces of traditional ecological knowledge: challenges and opportunities for Canadian co-management arrangements." Ecology and Society, 12(2): 34. [online] URL: http://www.ecology andsociety.org/vol12/iss2/art34/.
Menzies, C. R. & C. Butler. 2006. "Introduction: Understading Ecological Knowledge". Dalam C. R. Menzies.(eds). Traditional Ecological Knowledge and Natural Resource Management. Lincoln (USA): University of Nebraska Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H