"Van, kamu ngomong apaan sih? Terus kamu aku taruh di mana?" Nandi benar-benar spontan mengucapkan pernyataan sekaligus pertanyaan itu.
"Hemmm, di mana ya??? Di carrier-mu mungkin, bisa dibawa ke mana-mana. He ...he..."
"He...he..., oke. Sudah ya, aku balik ke hotel dulu. Nanti malam acaranya jalan-jalan ke Malioboro. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Menjelang sore, sehabis mandi, Dewi menemui Nandi di kamar. Perempuan itu tampak anggun dengan syal di leher, baju batik bernuansa biru dipadu dengan celana jeans biru langit. Dia duduk di tepi ranjang, sementara Nandi duduk di kursi.
"Wah, Nan, kamu sudah kelihatan cantik banget, sudah siap ke Malioboro, nih."
"Mbak Dewi juga, cantik, aku merasa kalah cantik. He..he..he."
"Nan, kan kamu sudah selesai kuliah. Kami ada tawaran untukmu lho."
"Apa, Mbak?"
"Mau ndak kamu bergabung dengan kami?"
"Waduh, aku belum wisuda, Mbak. Lagian, aku belum berpikir untuk pekerjaan. Biar, aku konsentrasi untuk menyelesaikan kasus hutan larangan dulu, Mbak, sambil memikirkan tawaran yang cukup menarik itu. Gimana, Mbak?"