“Ibu... Katanya jam 12 mau pulang?”
“Katanya ada meeting mendadak atau ada apalah di kantornya,” jawab Melati tetap tidak memalingkan pandangannya.
Purnama lalu menyimpan tas di meja dan duduk di kursi samping jendela beranda rumah. “Eh, tadi bagimana kata bagian keuangan?” Purnama memulai topik obrolan baru.
“Melati dikasih toleransi kak, sampai ujian semester nanti. Kalau soal bayar kuliah katanya bisa dicicil.”
“Syukurlah.”
“Hmm... Ibu belum pulang, padahal aku ada kabar baik ini,” ujar Purnama.
“Ibu kan seperti itu kak. Kerja nomor satu. Gak tahu kita ada di urutan berapa,” lanjut Melati tiba-tiba ketus, lalu pergi meninggalkan sang kakak.
“Sudahlah, dik tunggu,” Purnama mengejar Melati. “Tunggu dulu Dik, kamu tahu tidak?”
“Apa?”
“Novel kakak mau diterbitkan. Ada orang yang mau membantu kakak,” seru Purnama penuh semangat.
“Yang benar Kak? Kakak bakal jadi penulis dong?”