Mendengar suara Purnama, Ayah berhenti. Dengan santai dan masih memandangi kanvas di depannya Ayah lalu menyimpan semua peralatan lukisnya di atas meja.
“Oh kamu nak, sudah pulang rupanya,” Ayah tersenyum dingin melihat wajah Purnama menuntut jawaban atas pertanyaannya itu.
“Oh, ini? Tidak ada apa-apa. Ayah hanya sedang butuh kanvas baru. Ini juga kan lukisan lama. Biar nanti Ibu Ayah lukis lagi. Kalau beli kanvas baru mahal harganya, sayang.”
Jawaban Ayah sangat sederhana, namun bagi Purnama itu cukup masuk akal. Apalagi jika melihat kondisi keuangan mereka saat ini yang sedang dalam situasi genting.
“Bagaimana kuliahmu nak?” tanya Ayah.
“Seperti biasa, tak ada yang istimewa,” jawab Purnama. “Tapi, ada satu hal yang ingin aku kabarkan pada Ayah.”
“Apa itu?”
“Novelku akan segera terbit Yah! Ada orang yang mau membantuku!”
“Benarkah nak?” tanya Ayah.
Purnama mengangguk, tersenyum lebar. Sang Ayah tampak sangat gembira mendengar kabar itu. “Selamat nak! Selamat!”
“Aku harap, dari sana, nantinya bisa membantu hidup kita Yah.”