Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Danu Supriyati menerbitkan buku solo novelet Pesona Fisika, novelet Gus Ghufron, Pantun Slenco, Dongeng Semua Tentang Didu, dan Kumpulan puisi Paras Negeri dalam Puisiku. Di samping itu, karyanya tergabung dalam puluhan antologi cerpen serta puisi lainnya. Saat ini, dia aktif menulis di berbagai platform online. Baca karya-karyanya melalui https://linktr.ee/danusupriyati07.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Mengejar Jodoh Juleha (9)

14 Mei 2024   12:53 Diperbarui: 14 Mei 2024   13:05 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Ya, bolehlah."

"Eh, yakin?"

"Ya, Bude. Biyangnya yakin, deh. Ini udah cucok meong."

Wanita setengah baya itu terlihat puas lalu segera merias wajahnya. Juleha hanya melongo saat melihat Bude Atmi begitu terampil mengaplikasikan berbagai warna make up. Bahkan, alisnya tampak simetri meski hanya diukur dengan penggaris bayangan.

Juleha jenuh karena terlalu lama menunggu, sementara Bude Atmi masih belum kelar juga hingga pasukan tetangganya berdatangan. Mereka pun asyik ngobrol sambil membenarkan make up dan jilbab di ruang tamu.

Di tengah keriuhan peserta kondangan, Juleha kembali dibuat takjub. Fashion show yang dipertontonkan Bude Atmi sangat sempurna. Kali ini, dia meyakinkan diri sudah fix dengan gamis warna grey. 

Juleha terkekeh saat para tetangga yang sudah berstatus ibu tersebut lebih heboh dari yang punya acara. Mereka pun berangkat menuju tempat resepsi setelah kompat update status.

Namun, tenda resepsi sudah overload sehingga rombongan Juleha harus rela berdesak-desakan di antara sisa hujan semalam yang memberi sumbangan tanah becek. Hampir semua tamu perempuan menyingkap gamis, dress atau roknya. Alas kaki mereka pun berbalut fla dari tanah basah. 

Juleha melihat para tetangga yang sudah all out harus bertempur dengan gerah, peluh, dan bau parfum yang campur aduk. Kini, setelan gamis dan jilbab milik mereka yang konon harganya ratusan ribu tidak ubahnya seperti lap untuk mengeringkan keringat. Pelajaran lain yang dipetik oleh Juleha setiap kondangan adalah wajib gibah sambil makan. Bahkan, acara rumpi tidak kelar-kelar hingga adzan dzuhur berkumandang.

Tanpa mengurangi rasa hormat, Juleha kabur dari zona emak-emak rempong lalu mampir dulu ke kang cilok. Maklum, dia gagal makan enak karena berekspektasi makan rendang apa daya yang terambil hanyalah tiga potong lengkuas. Ya, salam

*Bersambung*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun