"Juleha! Dengarkan kalau emak sedang ngomong! Kondangannya sambil berdoa biar dekat jodoh."
"Ya, beres."
Akhirnya, emak dan bapak berangkat ke pabrik pengalengan ikan. Juleha justru kembali rebahan sambil mendengarkan musik, tetapi harus terusik karena ada suara ketukan pintu disertai salam.
"Nduk Jule, siap-siap! Sebentar lagi kita berangkat."
"Sekarang ya, Bude?"
"Ya, buruan mandi."
Bude Atmi yang telah memakai gamis merah pamit pulang dan Juleha pun segera spa. Maksudnya separuh hati untuk mandi pagi. Biasanya kalau sedang mager, dia memang pengikut aliran mandi satu kali di sore hari. Mandi kilat, sat set, ganti baju, pasang jilbab, berkaca sebentar, dan finish. Dia menuju rumah Bude Atmi setelah memastikan semua pintu rumah terkunci.
"Bude ganti gamis lagi? Perasaan tadi warnanya merah, deh."
"Terlalu jreng, Nduk Jule. Kalau yang ini cukup kalem, kan?"
Juleha memindai gamis warna hijau lumut lalu memberi anggukan sempurna sebagai tanda sepakat dengan pendapat Bude Atmi. Dia sendiri cukup memakai setelan kekinian, sepatu kets, dan tas slempang. Namun, dia kembali terkejut ketika Bude Atmi keluar dari kamar dan telah berganti gamis dengan warna coklat susu.
"Mending yang ini saja ya, Nduk Jule? Lebih smooth dan tidak gerah."