"Yang penting jangan kek emaknya aja jadi felakor."
Hati Juleha mendidih hingga tanpa sadar menggebrak meja yang terletak di pinggir kulkas. Wajah-wajah tetangga mendadak pias saat menyadari keberadaan Juleha.Â
"Sudah puas nggibahin keluargaku, Bude? Kalau nggak paham sejarah nggak usah sok tau. Kena kutuk tau rasa!
Setelah meluapkan rasa dongkolnya, Juleha pergi dengan wajah ditekuk karena kesal.
"Semua gara-gara emak! Coba kalau nggak ngributin jodoh, nggak bakal kaum julidin ikutan riweh!" Juleha terus menggerutu.
***
Semenjak Wika menikah, Juleha merasa semesta ikut mencemooh nasibnya. Bagaimana tidak? Banyak tetangga yang menikahkan anak, artinya dia semakin ditekan oleh emak untuk segera mengail jodoh.Â
"Emangnya laki-laki kek ikan, Mak?"
"Nggak cuma kek ikan, koceng juga, Leha! Begitu dikasih umpan juga langsung caplok! Hap!"
"Nah, jodoh nggak usah diuber. Jangan sampai kejadian Wika terulang lagi," tegur bapak.
"Beda kepala beda nasib, Bang. Juleha terlalu ayem jadi perawan. Padahal, yang grade di bawah dia udah laku lama."