"Udah gelap, kita ga balik ke penginapan" Anggi berhenti memainkan ponselnya, seolah -- olah baru saja sadar kalau dirinya terjebak didalam bus yang berhenti beroprasi.
"saya perlu kedalam, mau buang air" Fred, sebenarnya saya mulai akan mengandalkan lelaki tua itu, tapi dia pergi tanpa aba -- aba dari saya.
"Bus-nya mogok, kita akan dijemput mobil dari penginapan sekitar dua jam lagi" kata saya, berusaha tidak memperdengarkan suara panic dari saya sendiri.
"apaaaaa... dua jam?" Kanaya berontak kali ini
Saya tidak bisa mengontrol keadaan yang semakin riuh. Prita sesekali memperhatikan Kevin, tapi dari raut wajahnya wanita itu jelas lebih khawatir akan ketinggalan pesawat besok pagi.
"tenang... tenang... kita pasti bisa keluar dari sini" kata Lukman berusaha membantu, walaupun ucapannya tidak cukup membantu juga sebenarnya.
Kevin semakin tidak terkontrol, kali ini ashmanya kambuh. Kanaya yang didalam tasnya hanya ada kacang -- kacangan mencoba memberikan kepada Kevin. Anggi juga mencoba memberi cokelat yang dia miliki pada siswa Sekolah Dasar itu.
"Kalian gila?!!!" Prita mengamuk "anak saya ini kena ashma, kalau dikasih makan begituan makin parah yang ada"
"mereka hanya mencoba membantu" kata Lukman mencoba menenangkan Prita
Fred belum kembali, ketika saya mencoba menghubungi penjaga pintu hutan konservasi dan dia bersedia untuk menjemput menggunakan sepeda motor miliknya. Waktu yang dibutuhkan pria itu sepuluh menit. Sekarang saya harus menggunakan pikiran, siapa yang harus diselamatkan penjaga itu, dan siapa yang kembali ke penginapan.
Suara sepeda motor mendekati kami tepat pada pukul 17.50. Pria dengan badan tangguh mirip koboi Amerika menunggangi sepeda motor itu.