Mohon tunggu...
N. Alam Pratama
N. Alam Pratama Mohon Tunggu... Freelancer - Lingkar Ide

Penikmat musik, anime dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

10:31 PM, Save Me, Please!

29 Oktober 2024   22:35 Diperbarui: 29 Oktober 2024   22:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, ku pikir, aku menggunakan kemeja flannel warna biru-hitam, kaos hitam bergambar Kurt Cobain yang merokok, celana denim gelap yang sobek di bagian lutut dan Converse warna putih menggantungkan diri di atas tanah pemakamanku yang sebelumnya telah ku gali sendiri.

Kuletakkan dua Vodka di kanan-kiri batu nisan yang tertulis "Aku mati karena ingin" dan surat-surat buat papa, mama dan adik-adikku. Juga, buat beberapa teman yang sebelumnya telah ku persiapkan.

Aku, tak menulis surat buat Arin, sebab Ia adalah orang pertama yang ku beri tahu akan datangnya kabar kematianku via video call.

Ku putar lirih lagu "Oh, Sweet Nuthin" dari Velvet Underground sebagai lagu paling akhir yang mengiringi berakhirnya segala sia-sia, sementara aku dengan senyum mulai menggantungkan leherku di tali rotan yang menjalar dari atas tiang gantung.

Kedua, aku akan berbaring di tempat tidur. dinding-dinding kamar ku tempel sticky note warna-warni yang tertuliskan cerita menyoal segala harapan, kecewa, putus asa, kesedihan, ketakutan, pertemuan, asmara, derita dan semua hal yang memang perlu ku ungkapkan.

Aku memakai kaos merah polos dan celana pendek menyilet urat nadi perlahan-lahan mengikuti irama "Glommy Sunday" yang muram dan gelap. Akan ku rasakan sakit dengan meringis dari tiap sayatan silet yang pelan sampai pandangan mulai kunang-kunang sebelum lelap tepejam bersama darah yang mengucur basahi kasur.

Yang terakhir, akan ku putar kencang dua album Nirvana penuh; "Nevermind" dan "In Utero". Di dalam kamar, aku telanjang bulat. Menenggak Vodka secara brutal dan menguntal ratusan ektasi ke dalam lambung yang seharian tak dikirim nasi. Ku pukul wajah sampai badan melemas tak sadarkan diri. Dan, esok hari muncul headline berita di kanal media lokal dengan judul "Seorang Pemuda Tewas di Kamarnya Akibat Overdosis Narkotika".

Urung ketiganya waktu itu kulakukan. Sebab, nyali buat mati ternyata tak lebih berkuasa atas takutnya yang buat seluruh tubuh gemetar. Dan, kini kembali muncul di benak pikiran.

Aku berulangkali mencoba meyakinkan diri segera memilih satu di antaranya buat dilakukan malam ini. Sialnya, takut masih saja terus buatku ragu.

Suasana hening yang melankolis, kalut dan biru, sebentar menganga menjadi kemarahan radikal yang dikendalikan takut dan ragu. Kemudian, kembali melankolis dan biru.

Aku nampak lebih baik, sebab ragu dan takut mampu meredam intensitas untuk mati dengan cara bunuh diri yang dikutuk moralitas. Di sisi lain, aku nampak pengecut dan tolol sebab tak punya nyali yang lebih baik dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun