Kabar duka pagi ini merupakan rangkaian puisi luka yang ditulis oleh Disisi Saidi Fatah atas peristiwa yang menerpa. Kabar yang datang pagi itu secara tiba-tiba menyesakkan dada, merenggut kedamaian, dan menghakimi air mata.
Larik dalam bait-bait merupakan sesuatu yang tidak pernah bisa diucapkan. Lidah kelu seakan beku tak mampu mengeja huruf demi hurufnya.
Kabar Duka Pagi ini
Lama sudah tak bersua, tidak juga saling mengabari
Dua malam lalu secara berturut-turut kita bertemu, melepas rindu dalam kembang mimpi
Seraya menyeka air mata, aku berdoa
Semoga Tuhan menjaga kita dalam baik-baik saja
Tiba-tiba, kabar datang tersampaikan melalui pesawat telepon
Duka tentangmu menyelimuti pagi ini
Bagai petir menyambar seisi hati, menghantam penjuru negeri
Innalillahi wainna ilaihi roji'un
Bibir terbata,
Mengeja huruf demi huruf nama tertera
Papa berpulang
Semoga tenang dalam pelukan sang Tuhan Yang Maha
Bandar Jaya-Way Kanan, November 2020
    Baca juga: Memaknai Pulang Dalam Novel 'Pulang' Tere Liye
Jawaban Duka atas Doa
Pada Tuhan aku berdoa, seraya menengadahkan tangan
Dalam doa tersampaikan, setelah pandemi usai rinduku turut selesai
"Ya Allah, rindu. Adakah waktu untuk bertemu setelah pandemi berlalu?"
Pintaku pada Tuhan dalam hati, sembari menyeka air mata
Netraku masih malu untuk berkata jujur, takut disangka lemah hanya sebab rindu sahaja
Lalu doa ku tutup dengan Al Fatihah
Tuhan terdiam sejenak, lalu mengaminkan
Ia beri jawaban setelah beberapa waktu doa terjeda, tak lagi terdengar oleh-Nya
Rindu kini telah usai, bersama tenggelamnya senja di pelupuk netra
Namun, doaku tak pernah usai, hingga Al-Jaami' mempersatukan dalam surga-Nya
Jalan kita semakin lenyap
Antara kehidupan dan kematian Tuhan menyelesaikan
Cerita kini usai
Namun cinta dan kasih sayang
Tak akan pernah lekang dalam kenang
Way Kanan, November 2020
    Baca juga: Merasa Terpanggil Mempresentasikan Indonesia, Harashta Siap Menuju PolandiaÂ
Rebah yang Memisah
Di dalam sajak ini aku tertunduk layu
Mengenang kenangan yang sempat usang
Bayang-bayang yang mulai menghilang
Kini kembali bersinar terang bagai rembulan
Tuhan memberi jarak untuk kita
Merebah dari dunia yang tak kunjung tabah
Menerima perihal apa yang menjadi jalan di antara hati-hati
Antara kehidupan dan kematian kita dipisahkan
Setelah sekian lama tak saling berkomunikasi
Memberi jeda dalam hubungan yang hampir tiba akhir masanya
Tiba-tiba, pagi itu kabar datang membawa tentangmu
Memecah lamunan, mengubah riang tak lagi gembira
Kau berpulang terlebih utama
Meninggalkan ribuan kisah yang tertanggal
Memecah rindu yang membuncah
Melepas kenang derai air mata
Kini hanya tersisa kenangan, yang tersimpan dalam memo usang
Perpisahan kita kini menjadi nyata, berada di antara dunia yang berbeda
Namun kau akan selalu abadi, dalam aksara dan bait setiap karya
Ada saja hal yang membuatku terngiangÂ
Perihal kebersamaan dalam ikatan
Kau pergi meniarapkan tubuh yang tak lagi utuh
Meninggalkan jejak luka yang tak kunjung sembuh
Indonesia, November 2020
    Baca juga: Menyusuri Parangtritis Yogyakarta BersamamuÂ
Di Pemakaman
Harum semerbak, bertabur warna-warni
Menghiasi pembaringan terakhirmu
Semoga Tuhan mengampuni kita
Menempatkan pada alam penuh cinta kasih-Nya
Haji Pemanggilan, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H