Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kabar Duka Pagi Ini

10 Juni 2024   06:35 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:40 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar duka pagi ini merupakan rangkaian puisi luka yang ditulis oleh Disisi Saidi Fatah atas peristiwa yang menerpa. Kabar yang datang pagi itu secara tiba-tiba menyesakkan dada, merenggut kedamaian, dan menghakimi air mata.

Larik dalam bait-bait merupakan sesuatu yang tidak pernah bisa diucapkan. Lidah kelu seakan beku tak mampu mengeja huruf demi hurufnya.

Kabar Duka Pagi ini

Lama sudah tak bersua, tidak juga saling mengabari

Dua malam lalu secara berturut-turut kita bertemu, melepas rindu dalam kembang mimpi

Seraya menyeka air mata, aku berdoa

Semoga Tuhan menjaga kita dalam baik-baik saja

Tiba-tiba, kabar datang tersampaikan melalui pesawat telepon

Duka tentangmu menyelimuti pagi ini

Bagai petir menyambar seisi hati, menghantam penjuru negeri

Innalillahi wainna ilaihi roji'un

Bibir terbata,

Mengeja huruf demi huruf nama tertera

Papa berpulang

Semoga tenang dalam pelukan sang Tuhan Yang Maha

Bandar Jaya-Way Kanan, November 2020

       Baca juga: Memaknai Pulang Dalam Novel 'Pulang' Tere Liye

Jawaban Duka atas Doa

Pada Tuhan aku berdoa, seraya menengadahkan tangan

Dalam doa tersampaikan, setelah pandemi usai rinduku turut selesai

"Ya Allah, rindu. Adakah waktu untuk bertemu setelah pandemi berlalu?"

Pintaku pada Tuhan dalam hati, sembari menyeka air mata

Netraku masih malu untuk berkata jujur, takut disangka lemah hanya sebab rindu sahaja

Lalu doa ku tutup dengan Al Fatihah

Tuhan terdiam sejenak, lalu mengaminkan

Ia beri jawaban setelah beberapa waktu doa terjeda, tak lagi terdengar oleh-Nya

Rindu kini telah usai, bersama tenggelamnya senja di pelupuk netra

Namun, doaku tak pernah usai, hingga Al-Jaami' mempersatukan dalam surga-Nya

Jalan kita semakin lenyap

Antara kehidupan dan kematian Tuhan menyelesaikan

Cerita kini usai

Namun cinta dan kasih sayang

Tak akan pernah lekang dalam kenang

Way Kanan, November 2020

       Baca juga: Merasa Terpanggil Mempresentasikan Indonesia, Harashta Siap Menuju Polandia 

Rebah yang Memisah

Di dalam sajak ini aku tertunduk layu

Mengenang kenangan yang sempat usang

Bayang-bayang yang mulai menghilang

Kini kembali bersinar terang bagai rembulan

Tuhan memberi jarak untuk kita

Merebah dari dunia yang tak kunjung tabah

Menerima perihal apa yang menjadi jalan di antara hati-hati

Antara kehidupan dan kematian kita dipisahkan

Setelah sekian lama tak saling berkomunikasi

Memberi jeda dalam hubungan yang hampir tiba akhir masanya

Tiba-tiba, pagi itu kabar datang membawa tentangmu

Memecah lamunan, mengubah riang tak lagi gembira

Kau berpulang terlebih utama

Meninggalkan ribuan kisah yang tertanggal

Memecah rindu yang membuncah

Melepas kenang derai air mata

Kini hanya tersisa kenangan, yang tersimpan dalam memo usang

Perpisahan kita kini menjadi nyata, berada di antara dunia yang berbeda

Namun kau akan selalu abadi, dalam aksara dan bait setiap karya

Ada saja hal yang membuatku terngiang 

Perihal kebersamaan dalam ikatan

Kau pergi meniarapkan tubuh yang tak lagi utuh

Meninggalkan jejak luka yang tak kunjung sembuh

Indonesia, November 2020

       Baca juga: Menyusuri Parangtritis Yogyakarta Bersamamu 

Di Pemakaman

Harum semerbak, bertabur warna-warni

Menghiasi pembaringan terakhirmu

Semoga Tuhan mengampuni kita

Menempatkan pada alam penuh cinta kasih-Nya

Haji Pemanggilan, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun