"Kan, bapak minta tolong Pardo, bapak nggak bisa minta tolong lagi samamu?" pak Yanti yang sedikit kelelahan setelah bekerja di ladang, terpancin marah juga. Ia tak suka dengan cara Pardo
"Tapi aku nggak suka pak, nggak ngerti aku masalah kek gini, maslah tukang-tukang kek gini,' Pardo melotot pada bapaknya
"Terus, kalau kau nggak bisa? Kenapa?" nafas Pak Yanti tak teratur. Tangannya mengepal dan wajahnya merah membara.
Pardo diam, tapi terus mencari pembelaan.
"Jangan paksa aku pak, nggak mau aku di paksa-paksa,"
"Maksudmu paksa-paksa bagaimana? Heran aku samamu Pardo. Nggak pernah keknya kami maksa kau." Pak Yanti semakin marah
Mata pardo memerah, air mata mulai mengalir di pipinya. .
"Kau kenapa?" pak Yanti bingung dan marah melihat anak laki-lakinya itu meneteskan air mata.
Pardo tak menjawab, namun isakan demi isakan berhamburan dari mulutnya
"Udahlah, diamlah kau, nggak suka aku lihat kau nangis kek begitu. DIAM!" ucap pak Yanti lantang.
Pak Yanti semakin marah. Sedangkan Pardo yang mendengar kata kasar dari bapaknya itu menjadi sakit hati.