Sumber: Cerita Rakyat Mandar (Balanipa)
***
Hari itu aku disambut warga, mungkin karena aku membawa bola, seragam tim pemain dan piala untuk pertandingan. Aku juga membawa gitar untuk mengisi acara panggung gembira.
Tiba hari H, lapangan voli terlihat lebih profesional. Garis lapangan yang sebelumnya hanya berupa taburan kapur dan mudah terhapus, telah diganti oleh potongan bambu yang ditanam sekitar 10 cm. Jadi bambunya tidak membahayakan pemain. Garisnya juga tetap terlihat dan solid.
Tim Lekopa'dis memakai seragam warna kuning hadiah dari sponsor. Set pertama aku selalu memberi kesempatan warga untuk bermain dalam tim. Kalau lawannya lemah, aku memilih teriak-teriak di tepi lapangan untuk memberi support dan membiarkan mereka bertanding. Giliran bertemu lawan yang kuat, barulah aku turun ke lapangan sebagai pemain.
Set demi set, akhirnya tim kami (putra/putri) berhasil masuk final. Aku selalu ingatkan tim untuk bermain cantik pakai taktik, bukan pakai otot dan emosi.
Setiap kali bertanding, lawan-lawan kami banyak terkecoh melihat penonton yang meneriakkan yel-yel sambil melambai-lambaikan janur berbentuk keris panjang yang sempat kuajarkan pada mereka.
Â
Ide janur ini terinspirasi dari kisah I Karake'lette yang berhasil menaklukan Raja Gowa dengan keris. Kebetulan materinya berlimpah di desa Lekopa'dis. Hampir setiap rumah menanam pohon kelapa. Sayangnya, aku hanya tahu bentuk keris, satu-satunya model janur yang bisa kubikin.
Percaya atau tidak, kami betul-betul merasakan semangat duel I Karaka'lette saat kami bertanding. Alhasil, kami berhasil memenangkan pertandingan karena bermain cantik pakai taktik tanpa emosi.
Masih dalam suasana bersalam-salaman dengan wasit, sesama peserta dan lawan main, tiba-tiba kami mendengar suara gong dan genderang. Iramanya bervariasi. Cepat dan lambat, diselingi bunyi kecapi dan suling. Lalu muncul 5 gadis kecil cantik-cantik memegang kipas menarikan tari Patuddu.