Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Tolok Ukur Keberhasilan KKN

26 Juni 2024   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   06:37 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumen pribadi Claudia Magany

Biar ada kegiatan, teman-teman mengusulkan program membuat kue bersama ibu-ibu dengan materi yang ada di desa. Ingat-ingat, aku pernah membaca resep kue Bingka Kalimantan dari salah satu majalah wanita. Materialnya ada di desa ini, yaitu pisang, santan, telur, gula dan terigu.

Ketika tiba hari yang ditunggu-tunggu, ibu-ibu dan para gadis terlihat sangat antusias. Kegiatannya bertempat di rumah Ibu Dyah, salah satu warga kehormatan di desa itu. Peralatan dapurnya lumayan lengkap. Ada mixer dan juga kompor minyak tanah. Aku grogi juga, sebab semua mata menatap dengan sangat serius. Beberapa gadis bahkan terlihat asyik mencatat tahapan-tahapan membuat bingka.

Ketika kue matang dan mereka mencicip, tiba-tiba terdengar suara protes dari salah seorang ibu, "Wah rasanya tidak beda dengan kue barongko!" Ooops, agak gugup aku berusaha mengendalikan diri, "Secara materi memang bahannya sama. Jadi rasa juga pastinya sama. Hanya beda cara memasaknya. Kalau bingka dibakar pakai loyang dalam oven, sedangkan barongko dibungkus daun pisang dan dikukus."

Terlihat wajah-wajah kecewa. Aku semakin salah tingkah. Malam itu juga aku memutar otak mencari akal untuk bisa berbuat sesuatu di desa ini. Hampir setiap hari Basri pulang dari kunjungan ke peternakan, selalu membawa bungkusan. Demikian juga dengan Wila dan Risma. Aku ingat kata-kata Pak Jani, supervisor yang mendampingi mahasiswa KKN, "Berhasil tidaknya kalian, akan terlihat dari oleh-oleh yang diberikan penduduk kepada kalian. Kalau oleh-olehnya banyak, berarti penduduk sayang kepada kalian."

Kalimat ini terus terngiang-ngiang mengganggu pikiranku. Sementara Iwan dan Okto sudah mengajukan program baru, yaitu membangun sanitasi di rumah Pak Desa dengan teknik fero semen. Sejak saat itu, semua perhatian beralih ke program ini. Dan aku? Diusulkan bikin kue pun aku gagal.

Hampir setiap weekend, Betty pulang ke Ujung Pandang. Dia pengantin baru, jadi mendapat izin khusus dari supervisor yang disetujui oleh Pak Desa. Sekamar dengan Wila, Risma sering diajak weekend ke rumah orang tuanya Willa di Pinrang. Sekali saja aku pernah ikut dengan mereka. Tapi akhirnya aku lebih memilih untuk mengunjungi beberapa kenalan di sekitar Polmas.

Deja Vu

Beberapa tahun lalu, ada tetangga di Batang Ase yang mengajak kami (aku dan kakakku) berlebaran di Majene. Waktu itu mereka bilang, kalau sudah minum air sumur di Majene, kamu akan kembali ke sini. Dan ternyata, benar adanya. Selama KKN, 2 kali aku ke Majene berakhir pekan dengan mereka.

Sebelum KKN, bersama tim Volley Unhas, kami juga pernah menggelar pertandingan persahabatan di kota Mamuju, Polewali dan Mamasa. Waktu di Mamasa, aku pernah dikenalkan dengan orang tuanya Berta, teman satu tim yang juga junior di Sastra.

Pak Todding (papanya Berta) adalah pensiunan polisi. Dia membangun rumah di lereng bukit. Rumahnya sangat asri dan sejuk, sebab lantainya pakai batu gunung yang tersusun secara alami seperti anak tangga. Rumah itu juga dikelilingi kebun buah dan sayur. Ayam, bebek dan hewan piaran lain, dibiarkan bebas bermain di kebun. Jadi kalau ke sana aku selalu disuguhi makanan segar dan enak-enak sebagai hasil olahan kebun.

Tiap kali ke sana, mereka menyambutku sudah seperti anak sendiri. Maklum di rumah itu hanya tinggal mereka berdua. Jadi kalau aku datang, mereka sangat terhibur mendengar cerita-ceritaku. Ketika menceritakan keresahanku tentang program KKN, Pak Todding memberi saran, "Kamu kan pemain voli, mengapa tidak menggelar pertandingan antar desa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun