Kesabaran secara harfiah berarti menahan diri. Menurut al-Ghazali Kesabaran adalah salah satu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuh atas dorongan agama. sabar yang dimaksud para Sufi adalah konsekuensial dan konsisten dalam melaksanakan semua perintah Tuhan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dan bertahan dalam ujian yang ditimpakan kepadanya. Untuk mencapai kesabaran tersebut tidak akan terwujud tanpa melakukan latihan dan perjuangan dalam menghadapi tantangan lhiryah maupun bathiniyah.
Sabar dalam kehidupan sehari-hari berarti mampu menahan diri dalam menghadapi tantangan dan cobaan, baik dalam hal ketaatan atau kesulitan. Ini mencakup kemampuan untuk tetap konsisten dalam menjalani prinsip-prinsip keagamaan dan moralitas bahkan dalam situasi sulit.
Contoh :
Abdullah adalah seorang pekerja sosial yang setiap hari dihadapkan pada kisah-kisah tragis dan penderitaan orang lain. Meskipun dia merasa sedih dan terpukul oleh kisah-kisah tersebut, dia sabar dalam menghadapinya. Dia tetap konsisten dalam membantu mereka yang membutuhkan dan tidak pernah kehilangan keyakinan pada kebaikan dan keadilan.
6. Tawakkal
Tawakkal yaitu bersandar atau mempercayakan diri kepada Allah SWT. Tawakkal dalam studi Sufi terdiri dari tiga tingkatan Yaitu: Tawakkal berarti ketenangan hati terhadap apa yang telah terjadi dijanjikan oleh Tuhan, menyerahkan urusan kepada Tuhan karena dia yang mengetahui kondisi dirinya, dan merasa senang menerima kekuatan Tuhan.
Tawakkal dalam keseharian bisa diterjemahkan sebagai berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan percaya bahwa apa pun yang terjadi adalah kehendak-Nya. Ini melibatkan melepaskan kekhawatiran dan mempercayakan segala urusan kepada Allah sambil menjalani hidup dengan penuh keyakinan.
Contoh :
Fatimah adalah seorang wanita yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Alih-alih panik, dia merasa percaya diri bahwa Allah akan memberinya jalan keluar. Dia terus berusaha mencari pekerjaan baru dan berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Akhirnya, dia menemukan pekerjaan yang jauh lebih baik dari yang dia bayangkan.
7. Ridha
Ridha secara harfiah rela, suka, bersedia. Ridha menurut Harun Nasution adalah menerima qadha dan qadar Allah, Dengan senang hati, untuk itu semua perasaan benci di hati Itu harus dibuang sampai yang tersisa adalah perasaan senang dan berbahagialah walaupun ditimpa musibah ia tetap menerima seperti ketika dia mendapat kasih karunia dan nikmat.
Dalam kehidupan sehari-hari, ridha berarti merasa bahagia dan puas dengan segala yang Allah berikan, baik dalam keadaan baik maupun buruk. Ini melibatkan menerima nasib dan takdir dengan hati yang lapang serta terus menjalani kehidupan dengan penuh keikhlasan.
Contoh :
Yusuf adalah seorang petani yang musim panen ini sangat buruk, menyebabkan kerugian besar. Namun, dia menerima nasib dengan hati lapang, mengetahui bahwa itu adalah kehendak Allah. Meskipun keadaannya sulit, dia tetap bersyukur atas apa yang dia miliki dan menjalani hidupnya dengan rasa ridha.