"Mau, mau!" sambar May-may dengan bersemangat.
"Pada jaman dahulu kala, ketika dunia belum mengenal ponsel, facebook dan segala macam ikutannya..." May-may tersenyum mendengar prolog dari kakaknya yang memplesetkan prolog umum pada kisah-kisah dongeng yang biasa kita dengar.
"Tatkala kamu pun masih berada di alam antah berantah, mungkin di surga sebagai seorang bidadari..."
May-may tersenyum senang sambil mengacungkan 2 jempolnya.
"Eh, bisa juga bukan di surga, tapi di alam binatang atau hantu sengsara..."
"Kok tega menyebut adik sendiri lahir di alam binatang atau hantu sengsara?" Wajah yang semula sumrigah langsung berubah manyun.
"Lho, kan bisa saja. Bukankah kita mengenal 31 alam kehidupan dalam lingkaran lahir-mati yang sinambung ini?" Jomblo berusaha membela diri.
"Ya, sudah. Lanjut!" Â Â
"Siap, Gan! Ketika itu ada seorang bocah laki-laki 7 tahun yang, karena sesuatu keinginannya tak dituruti ibunya, lalu ngambek dan berkata akan pergi dari rumah. Sang ibu tidak mencegahnya, malah ikut membantu si bocah mempersiapkan tas ransel kecilnya untuk dibawa dalam perjalanan jauh pergi dari rumah.
 Sang ibu juga mengantar si bocah sampai ke depan pintu gerbang rumah, melambai dan mengucapkan selamat jalan kepada anaknya. Sang bocah pun melangkah keluar tanpa menoleh lagi. Hatinya dongkol dan dia sungguh bertekad akan pergi jauh dari rumah. Setelah beberapa langkah, sampailah dia di ujung jalan perumahan tempat tinggalnya.
"Saat itu, mendadak dia merasa takut untuk terus melangkah. Tiba-tiba dia ingat ibunya, kepada siapa dia biasa lari berlindung manakala rasa takut menyergap. Dia pun kangen, ingin pulang. Maka dia berlari pulang, menerobos masuk langsung ke dapur untuk mencari ibunya, melompat masuk ke dalam pelukan hangatnya yang penuh kasih dan pemaafan. Â