Coba renungkan. Apa kamu, anak kelas 10, perlu ponsel secanggih itu? Apakah membeli ponsel seperti itu adalah suatu kebutuhan atau cuma keinginan supaya tidak dianggap ketinggalan jaman? Karena semua temanmu mempunyainya jadi kamu harus ikut punya, begitu?"
Hening sejenak. Lalu dengan suara yang mulai tersendat menahan tangis May-may menjawab, "Kalau Mama tidak mau, saya akan minta ke Papa. Pasti Papa bisa mengerti."
"Papa? Silakan saja tapi jangan harap! Mama akan omelin Papamu bila berani memberimu uang!" tantang Mama, galak.
"Mama tidak sayang saya!" teriak May-may sambil berlari keluar dari ruang tengah terus menaiki tangga ke lantai atas, masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
Brakk!
Rasanya seperti ada gempa lokal. Para cicak di langit-langit pasti merasakannya sebagai tanda-tanda Bumi akan kiamat. Mungkin mereka kini sedang mengadakan doa bersama supaya Kiamat dibatalkan, atau minimal ditunda. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi Gemboel yang sedang bermalas-malasan di ruang tengah sampai ketakutan mendengarnya.Â
Dia mendengking takut dan memasukkan ekornya ke sela-sela kaki belakangnya, terbirit-birit menaiki tangga dan masuk ke kamar Jomblo untuk minta suaka. Â
Dari kamarnya di lantai atas, sedari awal Jomblo bisa mendengar semua keributan itu. Jomblo bangkit dari kursinya, menghampiri Gemboel yang meringkuk ketakutan di salah satu pojok kamar, Â menepuk-nepuk kepala anjing itu untuk menenangkannya.
"Kelihatannya Nonamu sedang ngambek berat, ya Boel? Jangan kuatir. Sebentar lagi dia pasti ke sini sepertimu juga, mencari suaka."
"Kaiiing...," dengking Gemboel lirih.
"Ah, kamu. Masih trauma karena dulu ekormu pernah kejepit pintu yang dibanting May-may?"