"Kaiing...," Gemboel menatap ekornya yang agak cacat, bekas luka kejepit pintu.
"Ya, sudah. Kamu diam di sini saja, ya. Aku perlu menyelesaikan pekerjaan ini dulu. Jangan ribut."
Jomblo kembali meneruskan pekerjaan yang tadi sempat terputus sebentar gara-gara insiden itu. Dia harus segera menyelesaikan rancangan logo yang telah dipesan oleh sebuah perusahaan. Di layar laptopnya masih terpampang sebuah desain logo setengah jadi. Sampai di mana tadi? Oh ya. Sepertinya warna ini kurang cocok, dan font yang tadi lebih baik daripada yang sekarang.
Sedang khidmatnya memelototi layar laptop dan menggerak-gerakkan tetikus, seperti telah diramalkan, begitu saja May-may masuk ke kamar kakaknya yang memang tak pernah menutup pintu saat sedang bekerja. Gemboel mendongak menatap May-May-may. Ekornya dikibas-kibaskan sebentar untuk sekadar bilang "halo" sesuai adat istiadat bangsa anjing, tapi dia tak beranjak dari posisinya di sudut kamar.Â
Dari sudut mata Jomblo bisa melihat dan mengawasi adiknya yang mengambil komik Smurf dari rak bukunya, membolak-balikkannya sebentar sebelum mengembalikan ke rak, lalu menghampiri sisi sebelah ranjang dan duduk di atas MediSeat, bantal khusus untuk bermeditasi yang dulu Jomblo beli dari seorang teman yang berjualan secara daring.Â
Wajahnya terlihat kusut, campuran antara sedih, galau dan marah karena kecewa. Sungguh seram, tak lagi terlihat cantik. Benar juga jika dalam pengajaran tentang hukum karma dan kelahiran ulang disebutkan bahwa bila kita ingin memiliki wajah yang cantik atau ganteng sebaiknya kita tidak memelihara sifat pemarah atau pemurung.
Jomblo membiarkan saja. Sudah biasa begitu. Setiap kali salah satu anggota keluarganya sedang ngambek atau mengalami hari buruk, entah Papa entah Mama apalagi May-may, mereka semua senang sekali mencari suaka ke kamar Jomblo. Mereka bilang duduk di atas bantal meditasi di kamar Jomblo rasanya adem.Â
Awalnya Jomblo pikir mereka itu lebay. Lagi pula, posisi bantal itu dekat jendela, jadi wajar saja adem. Tapi kemudian teringat Ajahn Brahm pernah bilang dalam salah satu bukunya tentang bila kita secara teratur bermeditasi di satu tempat yang sama pada waktu yang sama terus menerus berturut-turut, maka lama kelamaan di tempat itu akan terbentuk suatu "energi keheningan" nan lembut.Â
Bermeditasi di tempat itu akan menjadi lebih mudah karena adanya energi itu. Dan orang-orang yang sedang galau, seperti si Nona kita sekarang, tertarik dan menemukan suatu kedamaian bila duduk di sana. Mungkin itulah penjelasannya, tapi mungkin juga tidak. Siapa yang bisa tahu? Â
Setelah beberapa saat hening,,,
"Kakak..." May-may memanggil dengan nada takut-takut.