"Kemarinnya pas kita makan soto, itu ada Jesi lho." Rindu coba mengingat kejadian yang sudah lewat.
"Gimana kalau besok kita mulai eksperimennya? Aku pastikan ada di dekat Elok, jadi kalau ada gejala yang aneh pasti langsung dicatat dan dilaporkan pada pertemuan berikutnya." Hera memandang kami meminta jawaban.
"Santai saja, Her. Wajahmu menakutkan," ujarku.
"Serius ini. Masa kamu dalam masalah, kita-kita ngajak becanda." Rindu menganggukkan kepala pada Hera.
"Betul." Hera juga mengangguk.
Aku menghembuskan napas, menerima ide konyol ini. Salahku juga sih, gara-gara curhatku mereka jadi kuatir.
"Jangan berpikir kalau ide ini konyol karena kita serius menjalani eksperimen ini." Lagi-lagi Rindu mengetahui isi kepalaku dengan sangat jelas.
"Semangat! Jangan kalah sama Jesi." Rindu menepuk pundakku.
Aku menarik Rindu dan Hera lalu memeluk erat. "Terima kasih."
"Itulah gunanya teman," kata Rindu sambil tersenyum, membuatku terharu.
...