Dry menghampiri Eva yang masih memegang pergelangan tangan. Inge kuatir, dia hendak mendekat tapi ditahan Jo. Inge hanya bisa memandang kepergian mereka.
Seharian Inge mengurung diri di kamar memikirkan segala sesuatu. Dia sampai pada kesimpulan kalau gelang persahabatan bereaksi saat mereka saling menyakiti. Inge ingat kalau dia sendiri juga pernah merasakannya.
Hari menjelang malam waktu Inge melihat kelebat Kuni dan Dry menuju hutan. Inge bergegas terbang dan membuntuti mereka dengan jarak yang cukup jauh. Bangsa peri terlalu peka untuk diikuti dalam jarak dekat. Itu juga merupakan keuntungan buatnya karena dia tetap melihat jelas dikejauhan.
Inge bersembunyi di puncak pohon yang tinggi. Dry sedang membaringkan Kuni di sebuah altar yang di sekelilingnya penuh dengan simbol-simbol yang aneh. Dry mengangkat tangan lalu terlihat mengucapkan mantra. Mata Inge melebar ketika tubuh Kuni menjadi hitam sepenuhnya dan secara perlahan-lahan menjadi debu yang menghilang tertiup angin.
Tubuh Dry bercahaya dan wajahnya tampak segar. Inge bergegas pulang ke rumah Dry sebelum cowok itu memergokinya. Tampaknya upacara Dry masih belum selesai.
"Eva, Eva. Kita harus segera pergi dari sini." Inge menarik tangan Eva.
"Apaan sih?" Eva berusaha melepaskan tangan Inge tapi Inge lebih kuat.
"Dia iri padamu." Suara Dry membuat tubuh Inge gemetar.
"Jadi kamu benar-benar berniat merebut Dry dariku? Aku tidak akan membiarkannya. Kami saling mencintai dan segera bersumpah setia." Eva mendorong Inge dengan keras hingga dia terjatuh.
"Sumpah peri itu palsu. Kamu diperdaya olehnya." Inge berusaha bangun lagi.
"Peri tidak bisa berbohong. Itu yang Dry katakan." Eva bertolak pinggang menghadap Inge.