"Mari aku antar ke kamar." Kuni tersenyum.
Inge mengikuti Kuni menuju sebuah kamar yang hanya berisi sebuah ranjang, sebuah meja, sebuah kursi, dan almari. Jendela kamarnya besar dengan pemandangan hutan lebat tempat mereka datang.
"Terima kasih sudah mengantarku. Maaf soal perkataanku tentang sayapmu." Inge duduk di ranjang dan menundukkan kepala.
"Tidak masalah. Mungkin karena hari semakin malam jadi penglihatanmu tidak terlalu jelas. Besok pagi pasti kamu melihat sayapku yang indah. Sekarang tidurlah." Kuni meninggalkan kamar dan menutup pintu kayu yang tampak suram.
"Mungkin Kuni benar. Penerangan di sini terlalu minim hingga aku salah melihat. Tapi ada yang aneh, semua tampak suram dan hitam." Inge bangkit berdiri untuk menutup jendela tapi gerakannya terhenti karena melihat Dry terbang menuju hutan bersama Kuni.
"Sebaiknya aku tidur saja." Inge menutup jendela dan menguncinya sebelum naik ke ranjang.
...
"Selamat pagi," sapa Kuni ceria. Dia menepuk kursi yang ada di sebelahnya agar Inge duduk di situ.
"Selamat pagi."
Inge menggosok mata karena tidak percaya dengan penglihatannya. Suasana lebih terang karena cahaya matahari masuk melalui jendela-jendela besar tapi sayap-sayap saudari Dry masih tampak seperti semalam.
Sayap Kuni malah hampir hitam sepenuhnya, hanya tersisa warna kuning sebesar telapak tangan di bagian puncak sayap.