Lagi2 Valentino menghentikan ceritanya dengan tawa, yang membuat hatiku juga tersenyum, dan ..... jujur aku lupa, apa yang dahulu aku katakana untuk nya ......
"Tetapi, Chris ..... kamu tahu, ga? Sekalupin aku, dan mungkin Diani pun begitu, pasti tidak bisa memahami kata2 yang kamu ucapkan. Ketika membalas sapaan mu lewat telepon, aku menempatkan diri seolah2 berbicara dengan orang normal, tidak sebagai pasca-stroke seperti kamu"
"Aku masih ingat, entah kalau Diani, sekalipun tidak mengerti yang kamu katakan, kamu selalu menjawab apa saja, ya ..... Puji Tuhan, kamu menjadi semangat! Aku senang kamu semakin sehat".
Valentino kembali berdiam diri, sambil menahan linangan air matanya .....
"Chris, air mata ini kadang mengalir, berusaha menganggap kami sehat2 saja dan akan bertemu kembali di Jakarta. Sekalipun aku tidak tahu apa yang kamu katakan, aku selalu menguca doa dan menjawab dengan harapan".
"Cepatlah pulang, agar kita bertiga bertemu kembali di Jakarta ...."
Menurut Valentino, pembicaraan jarak jauh dengan selisih waktu 14 jam antara San Francisco dan Jakarta, hampir setiap hari dilakukan. Dan, baik Valentino maupun Diani, selalu menantikan sapaan kamu, sekalipun diwaktu yang berbeda.
Dan, mereka harus menahan rasa kantuk yang melanda, dan terus berusaha tetap terjaga. Seperti kata Valentino, dia baru bisa tidur setelah menerima telepon dari aku .....
Dan, bahasamu,Â
"axadat6tady7arjr ftjumgbfyjdnc gnfdhddedtj. Dhsjrkdtldhmhm ....tjsjsnanagna"
Hahahahaha .....