BApak berbiara perlahan, aku tahu beliau menahan emosinya yang sedih, untuk bercerita keadaanku dari A sampai Z, dan dari speaker aku mendengar suara2 disana, dari yang berisik dan gaduh, perlahan sunti senyap, mendengarkan kata2 bapak.
Aku yakin, pak Halim pun membuka speakernya, supaya semua orang dalam tim itu mendengar, apa yang terjadi tentang aku .....
Bapak bercerita begitu detail, dan suaranya makin lama mkin terdengar bergetar, menahan gejolak emosi di dada beliau.
Bapak tahu, betapa aku bekerja keras sampai aku mampu duduk berada di tengah2 mereka di tim itu, tim terhebat, setidaknya menurutku.
Dan, aku tahu bapak sebenarnya tidak tega, untuk aku resign di tim itu, dan tidak bekerja lagi sebagai arsitek, dan menyandangn sebagai seorang pasca-stroke, yang lumpuh separuh tubuh sebelah kanan.
Bukan, bukan karena bapak malu dengan keberadaanku. Bukan! Bukan karena itu!
Bapak cuma tidak tega, aku, anaknya terkasih, yang sudah bersusah payah membangun karir sedemikian kerasnya, sejak awal aku bekerja sebagai arsitek, dan berhasil membangun beberapa mega proyek, dan yang terakhir sebuah mega proyek yang menjadi viral sampai sekarang,
Akhirnya mengundurkan diri, bukan karena aku tidak mampu, tetapi karena aku terserang stroke berat, dan tubuh kanannya lumpuh.....
Ketika bapak sudah menyelesaikan ceritanya tentang aku, dari speaker aku menebak, yang ada di Jakarta saat itu di ujung telpon, mereka pasti terkejut, bahkan bisa saja mereka terpengarah ......
Aku, yang selama itu mereka melihat aku sebagai "preman proyek", terserang stroke berat, di saat2 yang sebenarnya aku harusnya untuk berlibur dan bersenang2 setelah menyelesaikan mea proyek itu.
Ya, aku terserang stroke di saat2 aku harusnya berbahagia bersama seluruh keuargaku .....