Apalagi Jakarta -- San Francisco atau sebaliknya, yang memakan waktu sekitar 24 jam, dengan minimal 1x transit.
Setiap 1 atau 2 jam sekali jika aku tidak sedang tidur, Bruder Frank mengangakatku untuk sekedr berjalan2 keliling lorong pesawat, sekedar melemaskan tuuhnya dan membantu aku untuk melemaskan otot2 tubuhku.
Sambil tertawa2, Bruder Frank menggendongku bolsk balik, dan meletakkan tubuhku ke tempat semula setelah dirasa cukup.
Dan, Bruder Frank membuka laptopnya lagi, mengetik keadaanku untuk laporan ke rumah sakit dan ke tempat dia bertugas.
Seperti itulah selama perjalananku dari San Francisco ke Taiwan, sebelum pesawat itu sampai Jakarta. Aku nyaman dalam tempatku selama di pesawat dan aku mempersiapkan hati dan pikiranku, menuju dunia ku di Jakarta ......
Pesawat tidak bermasalah, sampai kami mendarat di Taiwan, dan baru kami sadar, bahwa ada pendarahan dalam tubuhku, terlihat dari warna merah di kantor kateter ku!
Itu terlihat ketika aku bergerak dan kaki kiriku mengankat kantong kateterku!
Merah darah segar! Dan, lama kelamaan menjadi merah kehitaman! Astaga!
Aku panic, Bruder Frank pun terlihat panic, walau dia berusaha untuk menutupinya denagn jalan bersiul2 tetapi beliau meneplon seseorang, entah siapa, karena jam 2.00 saat itu waktu Taiwan, di San Francisco adalah antara  jam 12.00 tengah malam.
Apakan Bruder Frank menelon Dokter Gandhi? Mungkin saja!
Dan setelah waktu menelpon selesai, Bruder Frank memutuskan bahwa kami bukan hanya transit di Taiwan sekitar 4 jam, tetapi kami akan menginap di Taiwan dan aku harus masuk rumah sakit lokal disana!