Aku sangat menikmatinya. Dunia itu perlahan mendekatiku, dan dunia sakitku perlahan menjauh ......
Kursi rodaku di dorong menuju lift untuk naik ke lantai kesekian, kea rah kantin rumah sakit. Lift cukup penuh, tetapi kursi rodaku mendapat tempat istimewa karena aku adalah seorang pasien di rumah sakit itu.
Begitu keluar, suasana lebih sepi dari lantai tenpat asalku. Lalu, adikku menorongku ke kantin rumah sakit itu.
Aku tidak terlalu ingat, seperti pa kantin rumah sakit itu. Yang aku ingat hanya banyak orang2 sedang makan disana. Sepertinya, bukan hanya mereka2 tenaga medis saja, juga pengunjung rumah sakit itu, yang menunggu pasien2 disana.
Banyak terlihat lemari2 pendingin "vending machine", berjejer di sisi2 dinding2. Seingatku, tidak ada pelayan yang melayani pengunjung. Mereka mengambil makanan2 sebagian dari "vending machine", dan langsung terbayar di mesin tersebut.
Aku lupa, apakah ada tempat khusus untk melayani pesanan makanan, atau tidak,tetapi aku cukup menikmati suasana berbeda dibanding dengan di ruanganku yang sepi dan higienis.
Begitu juga adikku. Dia mendorongku menuju meja yang msih kosong. Memindahkan salah satu kursi dan mendokorng kursi rodaku untuk menggantikannya. Lalu, dia duduk di depanku dan tersenyum,
"Mbak, mau makan apa?", tanya adikku.
Aku menggeleng. Terserah, kataku yang mungkin adikku memahaminya, lalu dia berdiri dan berkeliling sejenak.
Selama adikku berkeliling mencari makanan apa yang dia mau, aku menatap sekelilingku. Menatap dunia. Aku tersenyum lebar. Kepalaku semakin nyaman, tetapi doyongan tubuhku semakin keras.
Sepertinya, memang kelumpuhkan tubuh kananku menjadikan tubuhku selalu oleh dan dotong ke kanan. Aku semakin harus menyesuaikan diriku dan berusaha mengontrol keadaan tubuhku. Ya, aku harus mengontrol pikiranku untuk tidak terus oleng dan doyong.