“ Maksudmu?”
“ Setahun yang lalu, rahimku sudah diangkat,….endometriosis…”
Kulihat kupu-kupu putih itu akhirnya hinggap. Pada bunga mawar merah, yang tetaplah menarik hatinya, meski putik bunga itu terlihat mengering. Aku memeluk Rita erat-erat, kubiarkan tangisnya tumpah di dadaku. Aku tahu, bertahun-tahun tangis ini ia simpan. Hanya untukku.
“Rita,…kemarin kita tertinggal sunset…”.
“Sebentar lagi,..masih ada sunrise,… Mas Surya”. Dia tersenyum, di sela sisa isaknya.
***
Dengan bersiul-siul aku memasuki ruang kerja Bu Martha, atasanku. Aku tahu, dia akan sedikit menggerutu sebab jika dihitung, aku telah mundur selama satu minggu berada di Bali. Ah, biarkan saja, akan kuanggap angin lalu. Bukankah dia yang memaksaku pergi ke sana.
“ Yaaa, ampuuun. Suryaaaa…., ngapain saja kamu lama sekali di Bali?”
“ Kan, laporanku sudah ku-email, Bu?”
“ Iya, tapi kenapa semua nomor kontakmu kau matikan?”
“ Sibuk, Bu…,..hehe..”