Lantas apalagi yang berbeda dengan Liverpool dua tahun terakhir ini?
Dua tahun lalu, di musim pertama kedatangan Moh. Salah, lini depan Liverpool dengan sebutan trio Firmansah (Firmino, Mane dan Salah) ini menjadi momok yang menakutkan lawan.
Salah kemudian membuat beberapa rekor dan menjadi top skorer Liga Inggris. Namun celakanya lini belakang Liverpool ketika itu sangat rapuh sehingga membuat Liverpool menderita.
Tahun lalu lini belakang menjadi kekuatan utama Liverpool setelah mereka menghamburkan triliunan rupiah untuk mendatangkan kiper Alisson Becker dan bek tengah Virgil van Dijk.
Liverpool juga beruntung mendapatkan Andrew Robertson dan Joe Gomez plus pemain binaan sendiri TA Arnold, yang membuat lini belakang Liverpool menjadi yang terbaik di Inggris, bahkan juga termasuk di Eropa.
Kedua bek sayap Liverpool ini (Robertson dan Arnold) memberi sumbangan 23 asis musim lalu.
Namun musim ini ada yang berbeda dengan Liverpool. Lini depan dan belakang Liverpool adalah yang terbaik dengan pemain yang nilainya kini mencapai triliunan rupiah.
Akan tetapi kunci kesuksesan Liverpool musim ini justru ada di lini tengah yang begitu solid untuk menjaga keseimbangan pemainan Liverpool. Anehnya lini tengah Liverpool justru dihuni oleh pemain-pemain biasa yang tidak bernilai mahal.
Henderson, Lallana, Shaqiri, Milner, Chamberlain dan Wijnaldum kini bahkan turut menjadi penentu kemenangan Liverpool lewat gol-gol krusial mereka kala trio Firmansah gagal mencetak gol.
Sebaliknya Fabinho, Henderson dan Milner justru sering menjadi tembok terakhir pertahanan Liverpool pada saat-saat kritis, ketika van Dijk, Robertson dan Arnold terlambat turun.
Solidnya lini tengah dalam mengendalikan aliran bola membuat pertahanan yang dikawal duet van Dijk dan Gomez tidak perlu bekerja terlalu keras untuk membantu Alisson membuat clean sheet.