Bahkan air bekas mandinya pun dikirim ke selokan untuk kemudian diteruskan ke Teluk Jakarta. Hanya pipis dan feses BAB saja yang dikirim ke perut bumi lewat septic tank. Ketika jarak septic tank terlalu dekat dengan sumur bor, maka warga melakukan proses yang disebut sebagai recycling...
Mengapa warga menyedot air dari tanah?
Itu karena PDAM Jakarta hanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi sekitar 30% saja dari seluruh warganya. Padahal kalau PDAM bisa memenuhi semua kebutuhan air bersih warga, maka permukaan tanah Jakarta otomatis tidak akan turun!
Jadi penulis me-review sekali lagi penyebab banjir Jakarta.
- Pertama, RTH tidak ideal tersebab kerapatan penduduk (bangunan)
- Kedua, Topografi yang rendah.
- Ketiga, Penyedotan air tanah yang kemudian menambah beban poin kedua.
Kalau kita sudah bisa mengidentifikasi sumber masalah, maka langkah kita untuk mencari solusi menjadi kian mudah.
"Ketentuan adalah ketentuan, dan prinsip adalah prinsip yang tidak boleh dilanggar, tetapi justru ingin ditegakkan." Dari sinilah kita memulai langkah pertama untuk penanganan banjir ini.
Ketika Prinsip dan Ketentuan dilanggar, maka percuma saja kita bicara penanganan banjir!
***
PERTAMA. Penduduk Jakarta akan terus bertambah adalah satu keniscayaan. Baik lewat kelahiran anggota baru maupun lewat urbanisasi.
Di sisi lain, adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengupayakan luas RTH mencapai 20%-30% agar anak cucu kita bisa hidup dengan aman, nyaman dan terhindar dari banjir.
Jalan terbaik adalah dengan melakukan "Resizing," relokasi dan reklamasi.