Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kucing Melly yang Cemumut (1, 2, dan 3)

16 April 2016   22:01 Diperbarui: 4 Mei 2016   18:53 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang benar apa yang dikatakan wanita paruh baya itu. Bulu Kucing Betina pada telepas sehingga rontok menodai baju anak bernama Ujang. Wanita paruh baya yang tidak lain adalah Ibunya kembali menyentak. Tapi kali ini agak keras.

"Lepasin gak! Nanti dicakar kamu Jang!"

Ngeoong...

Kucing Betina itu terus meronta. Matanya menatap nanar dengan wajah menunjukan ketakutan yang amat sangat. Tapi tak lama dilepaskan kembali.

***

Malamnya Kucing Melly asik bermain di sisi jendela. Ia tak melihat dua pasang mata sedang memperhatikannya dari bawah jendela itu.

"Cantik ... sungguh cantik kamu Melly." kata Kucing Jantan dengan suara pelan mendayu.

Kucing Betina yang sedang berdiri di sampingnya hanya mesem-mesem melihat Kucing Jantan memandang Kucing Melly penuh buncah. Tatapannya seolah-oleh keluar sinar berbentuk hati. Yah, hati yang utuh penuh cinta terpesona dengan kecantikan dan kelembutan Kucing Melly yang belum pernah tersentuh oleh Jantan manapun. 

Bulunya yang lembut tak berkutu itu, terlihat harmoni dengan keindahan tiga warna membaur menyatu dengan parasnya yang cemumut. Kucing Melly belum pernah merasakan cinta. Terkekang penuh perhatian dari sang pemelihara. Bersih, lembut dan cantik serta pesona.

"Gak seperti betina di sampingku. Ia bau, jorok, bulunya berkutu juga kumel. Oh ... sampai kapan pun aku tak bernafsu padamu."

"Jadah ..." bentak Kucing Betina tiba-tiba. "Loe tuh ye, makin ngerunjak ama gue. Bilang aja gak demen ama gua, jangan ngatain begitu dong! Emangnya gue gak punya hati apa." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun