Belum lagi jika bicara teknik dan filosofi bermain, Tae-Yong sempat mengkritisi dan merubah teknik dasar para pemainnya, seperti passing dan kontrol bola. Alasan memasang lebih banyak pemain muda di skuadnya pun juga bukan tanpa dasar.
Tae-Yong ingin membuat dan membangun Rantai Filosofi Sepak bola yang baru untuk Timnas Generasi sekarang dan selanjutnya. Itu bisa diartikan juga bahwa Tae-Yong ingin memututs Rantai Filosofi Sepak bola yang lama di Tubuh timnas, dengan cara membawa lebih sedikit pemain senior. Dan hasilnya bisa kita lihat setidaknya dari penampilan Timnas Senior di Gelaran AFF Suzuki Cup 2020.
Meskipun skala kecil, tapi yang dilakukan Tae-Yong adalah sebuah Revolusi, Revolusi Timnas Indonesia. Dan ketika orang sekaliber Haruna Soemitro, yang adalah salah satu dari 12 Anggota Exco PSSI, kemudian seolah tidak mengaggap berbagai proses yang sudah dan sedang dilakukan Tae-Yong, serta lebih menekankan pada hasil yang diraih. Bukankah tidak berlebihan jika sikap semacam itu bisa dianggap sebagai sikap yang kontra-revolusioner?
Dan Haruna Soemitro, yang bertahun-tahun bergelut di dunia Kepengurusan sepak bola, seharusnya mampu dan sadar dalam “menangkap” hal-hal tersebut. Mungkin tidak hanya Haruna seorang diri, tetapi semua Stakeholder dan Publik Sepak bola di Indonesia.
Seyogyanya semua bisa lebih arif dan objektif dalam melihat, memutuskan, serta mendukung perkembangan sepak bola Indonesia. Yang lagi-lagi sedang berproses dan mengharap progres yang lebih baik.
Untuk Match Fixing, saya merasa bahwa secara pribadi tidak punya kapasitas dan pengetahuan yang lebih untuk membahas hal ini. Karena bagi saya, Match Fixing ini seperti nafas orang yang sehabis makan Sambal Petai, “tak terlihat wujudnya, namun terasa menusuk baunya ke sela-sela hidung kita”.
Sebenarnya saya punya perumpamaan lain yang lebih dahsyat dan legendaris, namun seyogyanya janganlah kita terlalu “saru” dalam ucapan dan tulisan. Norma kesopanan harus tetap di kedepankan, dan saya rasa Pak Haruna dan Shin Tae-Yong akan sama-sama setuju soal ini.
(Baca Juga: "Duri dalam Daging" dan "Kambing Hitam" Timnas Indonesia)
Sedangkan perihal Naturalisasi pemain, tidak sepenuhnya bahwa pendapat Haruna adalah tidak tepat. Saya pribadi setuju dengan pendapat Haruna soal Proyek Naturalisasi pemain yang harus apple to apple dengan Pemain Lokal.
Karena seperti kata Tae-Yong, bahwa Proyek Naturalisasi ini bukanlah proyek jangka panjang. Proyek ini adalah permintaan khusus dari Shin Tae-Yong ke PSSI, sebagai salah satu opsi untuk mewujudkan target yang diberikan dari PSSI kepada Tae-Yong sendiri, yaitu Juara AFF Suzuki Cup 2020 dan SEA Games 2021.
Toh menurut Tae-Yong, sejatinya Proyek Naturalisasi yang ia minta bukanlah murni menaturalisasi Pemain Asing menjadi WNI, melainkan Tae-Yong tetap mengedepankan dan mempertimbangkan “Darah Indonesia” yang mengalir dalam tubuh para calon Pemain Naturalisasi Ini.