Jika bicara proses, tak usah harus ke Tim Sepak bola, ketika anda ingin makan Mie Instan saja pun juga butuh proses untuk memasaknya. Kecuali anda ingin “menggado-nya” mentah-mentah. Bahkan untuk “menggado” Mie Instan pun anda juga perlu proses untuk membuka bungkusnya, membuka bumbunya, meremas Mie-nya, dan seterusnya.
Dan sejak kapan pula Restoran Cepat Saji akan langsung menyajikan makanan yang bahkan baru anda pikirkan, tanpa anda harus memesannya terlebih dahulu?
Master Tarno yang Master of Traditional Magician saja, harus terlebih dahulu membeli alat sulap sebelum mantra aksi sulapnya ia ucapkan, “Sanghyangrawitbetarawenang.. megabetaraaa..megabetaraaa..lawa..”, dan kemudian beraksi dengan “prok-prok jadi apa..” yang legendaris itu.
Proses untuk mencapai sebuah hasil yang maksimal serta memuaskan memang tidak bisa dilalui hanya dalam waktu singkat, namun jika proses yang dilalui sudah terlampau lama namun tak kunjung membuahkan hasil yang maksimal, bukankah bisa jadi ada kesalahan atau ketidaktepatan dalam proses tersebut? Apakah proses tersebut memiliki progres yang meningkat, atau menurun, atau bahkan sama sekali tak ada?
Mungkin disini Haruna Soemitro agak sedikit jet lag, ketika menyampaikan pendapatnya tentang proses perjalanan Timnas Indonesia dari era ke era.
Sehingga beliau mungkin agak sedikit terguncang juga, dan lupa akan proses-proses yang dilalui Timnas Indonesia, yang pada akhirnya tetap minim gelar dan prestasi seperti sekarang.
Jika Haruna lebih objektif dalam melihat ke belakang, apakah ada proses-proses yang dilalui oleh Timnas Indonesia yang progresif dan berkesinambungan?
Jika bicara raihan gelar juara terakhir Timnas di kompetisi ternama ASEAN. Indonesia terakhir kali menyabet gelar juara di ompetisi ternama regional ASEAN, yaitu ketika berhasil meraih medali Emas dari Cabang Sepak Bola SEA Games 1991 di era Kepelatihan Anatoly Polosin.
Kala itu Ferryl Raymond Hattu dan kawan-kawan, berhasil menyingkirkan Thailand lewat babak adu penalti dengan skor 4-3 di laga final. Itulah kala terakhir Timnas Juara di kompetisi ternama regional ASEAN, kurang lebih dua tahun sebelum tahun kelahiran saya.
Sudah barang tentu, jika kita mau objektif, "mandeg-nya" prestasi Timnas dalam kurun waktu 3 dasawarsa terakhir ini disebabkan oleh banyak faktor.
Kembali, jika kita bicara proses, maka pergantian Kursi Kepelatihan di Timnas adalah salah satu faktornya. Karena dari Kursi Kepelatihan Timnas inilah yang akan menentukan proses berkembangnya sebuah Tim, dari yang Underdog bisa sampai ke posisi yang diunggulkan, atau sebaliknya.