Trisman menoleh sebentar ke arah sepeda dan juga remaja itu. Sepedanya sebenarnya tidak rusak parah. Mungkin kakaknya hanya ingin menenangkan adiknya supaya tidak menangis karena sepedanya sebentar lagi akan baik kembali. Â Trisman jadi ingat adiknya. Ah apakah dirinya akan sebaik remaja itu jika sepeda adiknya mengalami kerusakan ? Trisman tersenyum sendiri karena telah dapat menebak jawabannya.
Sebulan kemudian, Trisman hampir lupa kejadian di bengkel itu. Kalau saja remaja itu tidak menegurnya terlebih dahulu di sekolahnya yang sekarang. Trisman pun baru mengetahui kalau remaja itu ternyata adalah ketua OSIS. Cuma Trisman ditegur bukan karena dia dikenal kembali. Tidak, bukan begitu. Trisman ditegur karena memakai sepatu yang salah ke sekolah. Adduuhhh, malunya !
Untungnya ketua OSIS orangnya baik hati. Dia malah mengajak persahabatan kepada Trisman. Bahkan Trisman sering diberi motivasi bila mengalami masalah. Imam demikian nama sang ketua OSIS juga siswa paling pintar di sekolah. Biarpun wajahnya tidak ganteng, namun postur tubuhnya yang bak tentara, sanggup membuat para cewek tergila-gila.
Awalnya Trisman merasa biasa bila para cewek mendekati Imam. Sampai suatu ketika Imam akhirnya mendapatkan seorang cewek sebagai pacarnya, Trisman pun merasa tersisih. Dirinya tidak lagi selalu mendapat sapaan dari Imam. Begitu pula tidak lagi ngobrol bersama, boro-boro diberikan motivasi hidup, sekedar candapun tidak. Trisman akhirnya menjadi sakit hati.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H