Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tuhan, Jangan Jadikan Aku Gay (Bagian I)

28 Desember 2012   16:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53 2095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Terima kasih, bu, nasehatnya akan saya jalani,” Trisman pun melepaskan diri dari rangkulan bu Restu.

“Andai saja kamu cerita sejak dulu kepada ibu, tentu tidak akan separah ini,” bu Restu seakan menyesali sikap Trisman.” Ah sudahlah, itu sudah lama berlalu, sekarang kamu harus berusaha melawannya, mamangmu sudah berbuat zholim kepadamu,” bu Restu menghela nafas sejenak.

Trisman pun bertekad akan melawan mamangnya meski harus berhadapan dengan ibunya. Maka setelah lulus SMP, Trisman yang diterima di sebuah SMK Negeri, mulai mencari-cari peluang untuk bisa lepas dari jeratan mang Kuni. Setiap hari Trisman selalu keluar rumah bersepeda mengitari kawasan Bantargebang hingga Cileungsi. Namun peluang yang dituju belum juga ada.

Dan di hari Rabu itu, Trisman berniat ingin pergi mancing bersama teman-temannya satu kelas di SMP dulu. Sampai di suatu jalan ban sepeda Trisman bocor kena pecahan beling. Trisman pun tidak jadi pergi mancing, dia ingin membetulkan ban sepedanya terlebih dahulu. Setelah mencari-cari kesana kemari, akhirnya ditemukan bengkel sepeda.

Di seberang bengkel sepeda terdapat sebuah salon kecantikan. Trisman tertarik melihat beberapa orang yang keluar masuk salon. Trisman tahu kalau yang keluar masuk itu tidak semuanya perempuan, diantara mereka ada yang waria. Trisman lalu mengingat dirinya, mungkinkah dirinya juga waria ?

Trisman kembali meratapi nasibnya, dirinya tidak ingin jadi banci. Meski gerakannya gemulai, Trisman ingin tetap sebagai lelaki. Maka Trisman berusaha tidak memperdulikan semua itu lagi. Trisman fokus kepada sepedanya dan ingin segera menyusul teman-temannya mancing.

“Sudah selesai,” ujar bapak tukang betul sepeda.

“Terima kasih pak, ini uangnya,” Trisman pun memberikan beberapa lembar uang ribuan kepada si bapak.

“Pak, tolong betulkan setang dan rantai sepeda ini, bisa kan pak ?” tiba-tiba seorang remaja lelaki datang ke bengkel sambil membawa sepeda mini kecil dan seorang anak perempuan kecil.

“Bisa, tunggu sebentar,” jawab bapak itu.

“Ini sepeda adik saya, dia memasukkan pensil ke jari-jari sepeda, akhirnya jadi rusak deh semuanya,” sambung remaja itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun