Gadis itu tidak keberatan menjual pesawatnya, urusan yang sangat sepele di Planet Efbee, lalu menyambut ajakan Sutar bergabung dalam N4, pesawatnya. Ketika N4 membawa mereka melesat meninggalkan Efbee, itulah pertama kali Sutar menyaksikan gadis tangguhnya beruari air mata.
“Hei, ada apa denganmu?” tanya Sutar kebingungan.
“Aku bahagia menjadi kekasihmu,” ungkapnya, mengusap air matanya. “Ajari aku membahagiakanmu.”
Sutar tersenyum. Gadis setangguh dia ternyata bisa menangis juga, batinnya. Dan gadis tangguh itu menangis untuknya! Lalu ia teringat sesuatu yang menjadi salah satu syarat awal jalinan kasih mereka. Syarat yang ternyata tidak terlalu penting, tapi pasti sangat berguna.
“Namaku Sutar. Kamu?”
“Wurry.”
“Kamu tahu, Wu ... kamu sudah sangat ahli membuatku bahagia. Kita harus menemui orang tua kita dan mengesahkan cinta, lalu kita mulai petualangan ke Nirva.”
Mereka tiba di Efcee tidak lama kemudian. Semua menyambutnya dengan heran.
“Ayah,” kata Wurry. “Kami kembali menghadapmu untuk memohon restu.” Ia pasangkan kedua peta Nirva dan gambar-gambar rumit bercahaya yang bermunculan telah menjelaskan semuanya.
“Ohhh ... aku tahu kamu pasti menemukan kekasih Nirvamu!” sambut sang ayah lalu memeluk putri kesayangnnya, dan menarik Sutar dalam pelukan itu juga.
Bakoul menikahkan mereka hari itu dan mereka berangkat ke Bumi setelahnya.