Mohon tunggu...
Bumi Dewa_a
Bumi Dewa_a Mohon Tunggu... -

Hail Fiksiana Crottmunity!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sutar Wurry, The Love Awakens

13 Februari 2016   19:15 Diperbarui: 13 Februari 2016   19:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wurry tersenyum dan memeluk pinggang suaminya sambil mengusapkan air mata ke dada laki-laki sumber kekuatan hidupnya. “Aku bahagia,” ungkapnya. “Aku mencintaimu.”

“Aih ...mestinya aku dulu yang mengucapkan cinta padamu.”

“Cintaku lebih besar. Aku yang berhak duluan.”

“Cintaku paling besar. Dan aku kecolongan start mengucapkannya.”

“Cintaku tak mungkin terukur. Sepantasnya aku mengucapkannya lebih dulu.”

“Cintaku melampaui batasan. Aku malu tak segera mengucapkan padamu.”

“Baiklah, maafkan kelancangan istrimu.”

“Oh tidak, maafkan aku yang lalai mengucapkannya lebih dulu.”

Dialog ini sebenarnya masih panjang dan makin membosankan bagi siapa saja kecuali mereka, pengantinnya. Segala kata telah melampaui makna kamusnya. Segala yang terucap tidak harus terurai artinya. Sang kekasih hanya haus perhatian, berhasrat menjadi pusat mata memandang. Mengajak kekasih bicara bahkan hanyalah alasan untuk mencari-cari kesempatan menghirup harum aroma nafasnya yang menggetarkan.

Dan bila mereka telah kehabisan kata-kata, sedang apa yang di dalam dada masih menggelepar-gelepar ingin keluar dan menyapa, mereka pun menyerah, membiarkan dua mulut itu bekerja dengan cara yang lebih lugas dalam bertukar berjuta-juta kata. Bibir-bibir mereka saling merindu dan menyatu, berbagi kelembutan, kehangatan dan basah-basah yang licin tapi sungguh membakar kesadaran. Belum lagi ditambah kenyataan adanya makhluk-makhluk lain dalam mulut-mulut mereka yang berusaha saling membelit kawannya kalau saja mereka cukup panjang untuk menggapainya.

Tapi dalam temaram pandangan mata setengah pejam, Sutar melihat Wurry kembali mengalirkan air matanya. Ia menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun