Belum lagi hari ini hanya sahur air putih gara-gara repot masak dan membangunkan Dila yang sulit bangun. Ngompol, nangis, dan akhirnya dia tidak puasa. Menyebalkan sekali karena yang jadi korban adalah aku. Semoga bisa puasa dengan lancar seperti biasanya.
Hari-hari di sekolahan pun sama melelahkan. Karena menjadi ketua kelas, hari ini ada beberapa hal yang membuatku kerepotan hingga pulang terlambat. Capek, padahal berkendara motor. Mungkin karena terik matahari yang terlalu menyengat.
"Tsamara! Terima kasih tadi sudah bantu-bantu ibu menyiapkan panggung untuk acara ramadhan di sekolahan. Kita akan mengadakan pengajian akbar. Kamu banyak membantu!" ucap Bu Firda saat tak sengaja kami sama-sama berhenti di perempatan jalan lampu merah.
"Sama sama bu," balasku sambil tersenyum. Membantu orang lain memang terasa menyenangkan. Meski aku berharap tadi anggota osis yang membantu lebih banyak agar ketua kelas tidak kerepotan. Saking capeknya, kepalaku sedikit pusing dan tubuhku lemas.
"Tsamara! Awas! Tsamara!" Bu Firda berteriak dan menggugah kesadaranku.
Sebuah truk melintas tepat di depanku berbelok saat lampu mulai hijau, saat aku mulai memajukan motor. Hampir! Telat sedikit saja tubuhku akan dilindas truk!
Kini jantungku berdetak dengan kencang di antara tulang dan dagingku yang letih dan lemas. Suara degubnya terasa menyakiti tubuhku, semakin terasa bagian-bagian yang nyeri. Capek. Aku butuh istirahat sesegera mungkin.
Menjadi anak teladan memang hal yang membanggakan. Namun sejujurnya ada banyak hal yang tidak kuinginkan. Kerja terlalu banyak, istirahat lebih sedikit daripada anak-anak lainnya. Hal yang sebenarnya tidak bisa kuterima. Membuat energi dan pikiranku sangat mudah terkuras.
"Kak Tsamara sudah datang! Kak Tsamara datang buk! Yah!"
"Nah! Gadis cantik ibu sudah pulang sekolah."
"Akhirnya kita terbantu bu!"