"Tolong! Ada Linda pingsan tidak kuat upacara!"
Salah seorang temanku terlihat pingsan. Tubuhnya lemas dan ambruk setelah lama berdiri dan kepanasan. Mungkin dia puasa dan tidak sempat sahur?
"Tsamara, tolong bantu!"
Aku buru-buru mendekat sesegera mungkin mengangkat Linda ke ruang UKS dengan yang lain. Tubuhnya panas dan wajahnya pucat. Tidak salah lagi, pasti Linda memaksakan dirinya tetap ikut upacara padahal tidak kuat.
Bulan puasa memang penuh dengan cobaan. Semua orang Islam menahan lapar hingga magrib tiba. Tujuannya agar kami bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal yang tidak perlu. Terlihat tidak masuk akal, namun memang inilah salah satu cara agar tubuh dan hati bisa menahan diri. Jika bisa puasa menahan lapar, kami akan bisa puasa menahan hal-hal lain yang kami anggap tidak perlu di kemudian hari.
"Bagaimana sekolahmu Tsamara?" kata ibu saat aku sampai rumah.
"Baik bu, lancar. Tadi ada teman yang pingsan gara-gara tidak kuat upacara. Tapi Tsamara baik-baik saja."
"Oh ya?" balas Ibu. "Setelah ini belikan beras di toko ya. Kita kehabisan bahan untuk makan nanti sore. Sekalian beli sayur dan ikan laut untuk lauk."
"Iya bu."
Belanja memang hal yang biasa untuk dilakukan. Namun jika belanja beras satu karung ditambah barang-barang lain tentu saja berat. Duh, peluh di mana-mana dan bagian bajuku banyak yang basah. Mana sinar matahari panas lagi. Namun aku harus tetap sabar dan berusaha. Tsamara adalah anak yang rajin dan bekerja kerasa. Disuruh belanja bukan hal yang sulit. Aku akan membuat banyak orang bangga. Ya, itu aku.
"Kak Tsamara, tolong ambilkan layangan Dila yang nyangkut di pohon mangga," kata adikku dengan wajah menahan tangis.