Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surga (Bukan) di Telapak Kaki Waria

9 September 2018   21:34 Diperbarui: 9 September 2018   22:04 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wayang.wordpress.com

Ku perkenalkan kalian pada Tatang Kendor mantan preman Pasar Cibelet yang sekarang jadi waria teladan, sudah taubat dia.

Dulu badannya kekar sekarang dadanya mekar, dulu ototnya kuat sekarang lemah gemulai, dulu kulitnya hitam pekat sekarang putih mengkilat, kalau berjalan lenggak-lenggok bak model di catwalk.

Jika kalian lihat, mungkin kalian tidak akan mengira bahwa dia bekas preman pasar yang sangar. Dan demi totalitas keadaan, dia berganti nama menjadi Tanti Bohai.

Di Pasar Cibelet siapa yang tidak mengenal Tatang Kendor, reputasi petarung handal, kebal peluru, dan juga kejam sudah melekat padanya seperti pakaian dalam, dia bisa merobohkan dua puluh orang hanya dengan tangan kosong dan pernah suatu hari kepala keamanan pasar yang menantangnya berduel dibuat terkencing di celana setelah berkali-kali golok yang digunakannya tak mempan dibacokan padanya.

Tapi meskipun begitu ia bukanlah satu-satunya penguasa Pasar, karena ada lagi yang sama kuat seperti dia yaitu Asep Bensin.

Sedikit berbeda dengan Tatang Kendor, Asep Bensin memiliki perawakan yang tidak terlihat seperti preman, badannya kecil, kulitnya putih dan mukanya sangat tampan. Dan karena ketampanannya itulah Ia menjadi preman yang mempunyai banyak penggemar, dari ibu-ibu penjual sayur, pengamen perempuan bahkan orang orang-orang homo yang tersebar di pasar berhasrat untuk dibelai olehnya.

Polisi setempat dibuat kewalahan oleh kedua preman Pasar Cibelet, dulu pernah terjadi tawuran besar hingga tujuh hari tujuh malam oleh sebab perebutan kekuasaan di antara mereka.

Pada saat itu pasar terlihat seperti medan pertempuan, pembakaran dimana-mana, mayat-mayat berjatuhan, potongan kaki, tangan bahkan kepala bisa di temukan disana, pertempuran berdarah. beruntung Sultan Agung datang untuk melerainya, ia mengajak Tatang Kendor dan Asep Bensin duduk bersama, mencari solusi terbaik dalam hal kekuasaan.

Perundingan yang sangat alot karena diantara keduanya sama-sama berhasrat untuk berkuasa, hingga akhirnya terciptalah sebuah perjanjian damai atau biasa  disebut dengan "Deklarasi Cibelet" yang berisi tiga kesepakatan.

Pertama Pihak Tatang Kendor diberikan kekuasaan untuk menguasai Pasar Cibelet wilayah Blok A, B dan C. kedua, Pihak Asep Bensin diberikan kekuasaan untuk menguasai Pasar Cibelet wilayah Blok D, E dan juga terminal, dan ketiga, Kesultanan memberikan kekuasaan penuh kepada kedua belah pihak dalam hal pengelolaan wilayah masing-masing dan jika kembali terjadi perebutan kekuasaan maka, kesepakatan ini dibatalkan serta pasar akan sepenuhnya diambil alih oleh pihak Kesultanan.

Begitulah bunyi dari kesepakatan yang sekarang terpajang jelas di pintu masuk Pasar yang di ukur di atas batu besar dan di tanda tangani oleh ketiga orang tersebut, meskipun banyak kalangan menolak keputusan itu tapi Sultan Agung tetap berpendapat inilah jalan terbaik.

Dia bilang jika kita tak bisa melerai kucing berkelahi, berilah keduanya makan agar mereka diam.

Banyak yang tidak tahu sebenarnya Tatang Kendor dan Asep Bensin dulu adalah teman dekat, mereka berdua lahir di hari yang sama, tumbuh bersama dan rumah mereka pun berdekatan hanya terpisah oleh jalan setapak, dimana ada Tatang disitu ada Asep begitu pun sebaliknya.

Mereka bermain bersama, mandi hujan bersama, mencuri mangga bersama dan apa pun mereka lakukan selalu bersama, oleh karena kedekatannya itulah para tetangga memanggil mereka dengan sebutan "Biji Peler".

Asep lahir dari seorang ibu keturunan china yang bernama Cici dan ayahnya seorang pemain akrobat keliling, menurut kabar burung hubungan keduanya tak direstui oleh orang tua Cici, hingga akhirnya mereka memilih kawin lari dan menetap di Cibelet, sedangkan Tatang merupakan warga asli Cibelet, ibunya Nunik adalah anak Kuwu dan ayahnya Suhendar seorang tukang jagal.

Keduanya bertemu saat ayah Nunik menggelar acara syukuran besar-besaran setelah kembali terpilih menjadi Kuwu untuk kelima kalinya.

Suhendar yang waktu itu diberi tugas untuk menyembelih enam ekor sapi  dan tujuh ekor kambing dengan lihainya memainkan golok saat menebas kepala sapi dan kambing, disitulah Nunik jatuh cinta, katanya lelaki yang pandai bermain golok sudah pasti pandai bermain di atas ranjang. Keduanya pun kawin  lalu lahirlah Tatang.

Di usia Tatang yang menginjak sepuluh tahun ia harus kehilangan ayahnya, suhendar mati ketika sedang bertugas menjagal sapi.

Waktu itu Sapi yang akan disembelihnya mengamuk, Suhendar yang niatnya ingin menenangkan justru harus menerima tandukan dari sapi tersebut hingga ia terpental jauh kemudian jatuh di atas peralatan jagalnya, ia mati seketika setelah golok yang biasa ia gunakan secara tak sengaja menancap dilehernya. Buat Tatang itu kehilangan yang teramat berat, sampai ia tak bernafsu makan.

Sudah seminggu Nunik bingung harus berbuat apa kepada anaknya, ia takut kalau Tatang tak mau makan ia bisa mati menyusul ayahnya.

Lalu Asep datang memberi jawaban, ia membujuk Tatang agar mau makan, ia berjanji jika Tatang makan, ia akan memberikan sebagian mangga curiannya untuk Tatang. Disaat itulah ia mau kembali makan.

Kesepian, itulah yang di alami Nunik. Ia harus merawat seorang diri anak kesayangannya. Ia tak peduli soal biaya karena ayahnya orang kaya, ia hanya butuh seseorang yang ada di dekatnya, ada bersamanya melihat anaknya tumbuh, berbagi cerita, tertawa, dan makan bersama.

Ia teramat sangat rindu pada Suhendar, ia rindu menyiapkan pakaiannya, rindu bau keringatnya, rindu tingkah lucunya, dan rindu belaiannya.

Ketahuilah yang terberat dalam perpisahan bukanlah tentang kepergian karena itu adalah pasti, melainkan membiasakan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan bersamanya yang membuat kita bahagia. Itulah yang dirasakan Nunik, hampa.

Pastilah setan yang selalu disalahkan jika kita melakukan perbuatan buruk, begitu juga yang di lakukan oleh ayahnya Asep.

Ia berdalih jika ia tergoda bujukan setan ketika sedang melihat Nunik menjemur baju di pekarangan belakang.

Mula-mula hanya mengobrol biasa, membicarakan tentang anak, hobi, masakan tapi  lama-kelamaan mulai merambah pada hal yang bersifat pribadi. Katanya, apakah kau tidak rindu di sentuh laki-laki?

Nunik hanya senyum-senyum malu mendengarnya, tapi karena seringnya mereka mengobrol akhirnya cinta tumbuh di antara keduanya.

Setiap pagi selepas anak-anak pergi ke sekolah, diam-diam ayahnya Asep masuk ke rumah Nunik untuk bercinta. Semula Cici tak menaruh curiga sedikit pun karena yang ada di pikirannya sang suami setiap pagi pergi mencari uang, menjalankan tugas sebagai seorang ayah yang baik.

Namun dihari sial, secara tak sengaja Cici melihat suaminya mengenda-endap masuk ke rumah tetangganya. Sekali ia biarkan, dua  kali ia khawatir dan yang ketiga ia panggil Kuwu dan jajarannya untuk menggrebek rumah tetangganya.

Ternyata benar saja mereka sedang asik bercumbu di ranjang tanpa busana. Kuwu yang tak lain ayah dari Nunik merasa malu, ia mengusir Nunik beserta ayahnya Asep. Dan Cici hanya bisa meratap kelakuan suaminya yang rusak.

Asep dan Tatang yang waktu itu tak begitu mengerti dengan keadaan. Yang Tatang tahu bahwa ayah Asep membawa pergi ibunya dan Asep pun sama, yang ia tahu ibu Tatanglah yang membawa pergi ayahnya. Kejadian itu melahirkan kebencian diantara dua orang sahabat, sejak saat itu pula mereka berjauhan dan tak saling tegur sapa.

Persaingan selalu terjadi diantara mereka, meskipun kini mereka tak saling sapa tapi mereka tetap memperhatikan satu sama lain, baik Asep maupun Tatang selalu ingin merasa lebih unggul.

Keadaan keluarga pun membuat mereka tumbuh tak terkendali, Tatang dibesarkan oleh Kuwu yang hanya memikirkan jabatannya dan Asep besar bersama ibu yang setengah gila karena kehilangan suaminya, membuat mereka mencari kehidupan di jalanan.

Perkelahian, mabuk, dan banyak lagi kenakalan-kenakalan lainnya. Asep pernah melemparkan petasan ke dalam masjid ketika orang-orang sedang shalat jumat, tak mau kalah Tatang membakar masjid saat orang-orang sedang shalat subuh. Pernah juga Tatang membunuh semua kambing di perternakan, dengan mencoba mengungguli Asep membakar kandang sapi beserta isinya.

Begitulah mereka, berlomba untuk jadi yang terbaik di antaranya. Hanya ada satu yang sama-sama tak bisa di ikuti oleh keduanya, Tatang tak bisa mengikuti kebiasaan Asep meminum bensin dan Asep tak bisa mengikuti kebiasaan Tatang memukul kepalanya berkali-kali dengan balok dan batu.

Pasar Cibelet selesai dibangun dengan sangat megah di atas lahan yang juga sangat luas, besar sekali. "ini adalah simbol kebangkitan" kata Sultan Agung saat peresmian pembukaan pasar. Ia bangga di bawah kepemimpinannya banyak gedung dan pusat-pusat perbelanjaan didirikan. Baginya pembangunan adalah indikator kemajuan bangsa meskipun harus merelakan berhektar-hektar lahan pertanian. Tak masalah, karena bertani terlalu tradisional dan tertinggal. Berbeda dengan Sultan Agung, bagi Asep Bensin dan Tatang Kendor menganggap Pasar adalah pembuktian kekuatan, mereka berdua berebut menguasai pasar. Pepatah mengatakan "Siapa yang menguasai pasar, ia akan menemukan kejayaan" itulah yang membuat keduanya berjuang keras meski harus nyawa menjadi taruhannya.

Kini, lima tahun sudah berlalu sejak Deklarasi Cibelet. Hidup Tatang Kendor dan Asep Bensin berubah total. Dulu mereka kere sekarang bergelimang harta, punya banyak anak buah dan juga rumah yang besar. Hanya saja diantara keduanya belum ada yang menikah, entah karena tak mau atau mungkin karena trauma masa lalu. Entahlah, kalau boleh katakan tak sulit bagi mereka mendapatkan pasangan, apalagi Asep Bensin yang wajahnya sangat rupawan.

Kehidupan monoton dijalani keduanya, hanya sekitar pasar ke rumah, rumah ke pasar. Selalu saja begitu setiap hari, setiap bulan hingga berganti tahun.

"aku bosan, jenuh hidup seperti ini" gerutu Asep Bensin pada Husen sambil menidurkan diri di teras masjid terminal.

"cobalah Shalat" kata Husen "siapa tahu bos menemukan ketenangan"

"anak bodoh, tidak ada preman yang shalat" sahut Asep Bensin.

"maka bos akan jadi preman yang pertama"

Kata yang pertama selalu membangkitkan keinginan lebih untuk melakukan, ia pun bergegas masuk ke Masjid untuk shalat. Namun tak lama berselang ia kembali keluar, dengan muka bodoh ia bilang "aku tak tahu apa yang dibaca ketika shalat" lalu Husen pun mengajarinya, dimulai dengan cara mengambil wudhu.

Seminggu lamanya husen mengajarkan bacaan shalat kepada Asep Bensin, sangat sabar meskipun berkali-kali Asep Bensin menyerah tapi Husen selalu bisa membujuknya. Bos akan jadi preman yang beriman, percayalah. Kata Husen menyemangati.

Di Pasar Cibelet tak ada yang lebih tabah dari Husen, dan perbuatan berguna yang pernah dilakukan Asep Bensin adalah menyelamatkan husen dari kelaparan ketika ia baru datang dari pelosok, Husen mengalami kecopetan.

Dua hari ia makan dari tempat sampah karena tak punya uang, beruntung saat itu Asep Bensin memberinya makan dan mengizinkannya tinggal di Masjid terminal sampai sekarang.

Milik Allah-lah segala ketetapan yang ada di langit dan di bumi termasuk ketetapan hati Asep Bensin yang mulai saat ini berjanji tak akan meninggalkan shalat. Di siang hari selepas Dzuhur ia selalu belajar mengaji kepada Husen. Belajar membaca Al Quran, belajar Fiqih, belajar segala hal menurut ketetapan agama. Luar biasa,

"aku akan membuka pengajian untuk umum disini" kata Asep "dan anak buahku semua harus ikut"

"semoga Allah mempermudah urusan Bos" sahut Husen menimpali.

Bukan hanya pengajian, sekarang Asep Bensin pun sudah mulai rutin menyantuni anak yatim dan orang yang membutuhkan. Ia juga berencana mempercantik Masjid agar nyaman untuk di datangi meskipun hanya sekedar untuk beristirahat tapi itu tak mengapa yang terpenting orang-orang mau masuk masjid terlebih dahulu katanya.

Kabar berubahnya Asep Bensin di dengar oleh Tatang Kendor. Ia murka, kenapa musuh sejatinya tak lagi menyeramkan. Ia pun tak mau kalah, jika Asep bisa seperti itu maka aku juga bisa lebih dari itu. Dipanggilnya Edi Bopeng, ia perintahkan kepadanya untuk mencari tahu apa yang membuat Asep Bensin berubah.

 "itu karena Husen bos" kata Edi Bopeng "dia yang mengajari kunyuk Asep agama"

"kenapa ia mau belajar agama?" teriak Tatang Kendor

"mungkin untuk masuk surga bos"

"Tai kucing, surga itu tidak ada"

"Surga itu di telapak ada di telapak kaki ibu" Sahut Edi Bopeng "Mamak saya pernah bilang begitu"

"kalau begitu aku juga inginkan surga"

Tatang Kendor menyuruh semua anak buahnya berpikir keras, bagaimana caranya agar ia dapat surga lebih dulu dari Asep Bensin. Beberapa orang bilang kalau Tatang Kendor harus mengikuti Asep Bensin untuk shalat dan membangun Masjid, tapi Tatang Kendor menolak, katanya aku tak mau menggunakan cara yang sama seperti si Bensin sialan itu. Dan ada satu ide gila yang terlintas di pikiran Tatang Kendor.

"Bopeng, apakah ibumu pernah berbohong?" tanya Tatang Kendor

"dia hanya sekali berbohong bos, ketika ia tak mengaku setelah bercinta dengan Koh Alung"

"kalo begitu tentang surga di kaki ibu itu benar"

"aku sangat yakin itu benar" jawab Edi Bopeng

Kurasa setan pun tak sebodoh Tatang Kendor. Entah apa karena otaknya sudah kendor, dengan sangat percaya diri ia mengambil keputusan menjadi seorang perempuan. Katanya "jika aku jadi perempuan, aku bukan hanya masuk surga tapi akulah pemilik surga karena ia ada di telapak kakiku"

  Anak buah Tatang Kendor dibuat kaget oleh keputusan bosnya tapi mereka tak bisa menolak. Dengan segera Tatang Kendor mencari orang yang bisa membuatnya menjadi perempuan, lalu di pilihlah Tince, si bencong yang biasa mendandani orang di acara pernikahan. Tak hanya berdandan, Tince juga mengajarkan Tatang Kendor untuk berperilaku selayaknya perempuan dan meminta namanya di ganti menjadi Tanti Bohai.

 "Doble T" Tince dan Tanti, itu sebutan untuk mereka. Sekarang kemana pun Tanti pergi disitu pasti ada Tince.

"biar lebih Afdol sis, mending you cari pasangan deh" kata Tince "supaya you makin sempurna jadi perempuan"

"cari perempuan?" jawab Tanti bingung.

"iiiiiih gimana sih, ya cari suami dong. Gemes deh sama you" jawab Tince sembari mencubit-cubit pipi TantiEdi Bopeng, tangan kanannya kembali dipercaya mencarikan jodoh untuk dirinya. "Ini tugas spesial, aku akan memberimu sepuluh surga sekaligus" kata Tanti alias Tatang Kendor. Edi Bopeng pun mulai pemburuan, tapi rupanya tugas ini sangat sulit karena tak ada satu pun lelaki yang mau kawin dengan Tanti bahkan dirinya sendiri juga tak mau kawin dengan Tatang kendor.

Sudah semua lelaki di pasar ditawari, jawabannya sama "najis aku nikah dengan waria". Edi Bopeng stres bukan kepalang, ia tak mau misi ini gagal. Ia bisa mati dihajar Tanti. Lalu ia ingat kepada Ujang sabun, "pasti ia mau" katanya dalam hati.

Namun sial di luar dugaan, ternyata Ujang Sabun pun tak mau kalau harus menikah dengan Tanti alias Tatang kendor. Padahal Edi Bopeng sudah mati-matian membujuknya, ia bilang kawin saja dengannya, nanti akan ku belikan kau majalah porno setiap hari. Ujang Sabun menolak, katanya aku lebih baik memperkosa ibu jariku setiap hari daripada bercinta di lubang laki-laki.

Berat hati dan penuh ketakutan ia melapor pada Bos-nya. Jelas bukan kabar baik yang ia bawa, oleh karena itu ia sudah bersiap bila harus di hajar habis-habisan.

"maaf Bos, aku tak mendapatkan pasangan untuk Bos"

Tanti murka, naluri lelakinya tak dapat di tahan. Ia menendang meja, melemparkan balok kayu ke kepala Edi Bopeng. Tince menjerirng keras berteiak "ampuuun, udaah, udaah".

 Tince mencoba menenagkan "Aduuh Tanti, sudah .. sudaah, kau kan bisa cari pasangan di Pasar Blok D, bukankah disitu ada kumpulan orang-orang homo"

"itu wilayah si Bensin, kalau aku mengacau disitu aku akan melanggar perjanjian"

"tak apa kau kan hanya sedang mencari pasangan bukan untuk mengacau" kata Tince menenangkan.

Tatang Kendor berpikir, masuk akal juga apa yang di katakan Tince, ia lalu menuju Blok D mencari lelaki yang mau kawin dengannya. Di ajaknya serta Edi Bopeng dan juga Tince. Ia masuk ke ruang sempit di antara perbatasan Blok D dan Blok E, itu adalah ruangan yang biasa digunakan para kuli panggul beristirahat, sungguh bukan rahasia lagi kalau kuli panggul disini adalah orang-orang homo. Dulu mereka lelaki normal seperti pada umumnya tapi keadaan yang membuat mereka berubah.

Mereka dekil, miskin dan tak punya rumah jadi tak ada satupun perempuan yang mau diajak kawin bahkan pelacur pun ogah berhubungan dengan mereka takut kemaluannya menjadi bau seperti bau pasar.

Dalam keadaan yang sangat mengenaskan namun keinginan untuk bercinta semakin terus bertambah besar sampai pada akhirnya salah seorang dari mereka mengusulkan untuk bercinta sesama jenis, meskipun awalnya malu dan jijik tapi kebutuhan nafsu tak mampu ditahan, dan itu terus mereka lakukan sampai sekarang.

"siapa diantara kalian yang mau kawin denganku?" teriak Tatang Kendor

Beberapa kuli panggul yang sedang tiduran kaget buka kepalang melihat Preman pasar sebelah masuk mendadak, terlebih menawarkan diri untuk dikawini. Para kuli panggul saling menatap satu sama lain, berbisik. Mereka ingin menjawab "tak mau" tapi takut untuk mengatakannya.

Bukan mereka tak berselera kawin dengan Tatang Kendor tapi semua kuli panggul disini sudah memiliki pasangan masing-masing dan sebagai homo yang berhati baik tentu saja mereka tak ingin menyakiti perasaan pasangan masing-masing. bagi mereka menghianati pasangan sama saja menyalahi takdir suci yang Tuhan gariskan.

Lama tak diberi jawaban Tatang Kendor menyeret salah satu di antara mereka yang mempunyai tampang lumayan, "kau yang akan kawin denganku". Si kuli panggul gemetar ia ketakutan lalu seseorang berdiri dengan berani.

"jangan, dia itu kekasihku" katanya "jangan pernah berharap kau bisa mengambilnya dariku"

Bukan masalah bagi Tatang Kendor menghadapi kuli panggul, ia lempakan lelaki yang dipilihnya kemudian berjalan menuju orang yang berteriak padanya.

Menghajar dan membantingnya. Namun justru kejadian itu membangkitkan semangat juang para kuli panggul lainnya untuk mempertahankan pasangannya.

Mereka memberikan perlawanan kepada Tatang Kendor. Pertarungan enam belas orang melawan satu, para kuli memukuli Tatang Kendor dengan barang seadanya dari segala arah. Edi Bopeng dan Tince melihat di balik pintu, tak khawatir dengan Bosnya.

Mereka yakin itu bukan ancaman serius bagi Tatang kendor. Dan benar saja tak butuh waktu lama Tatang Kedor membuat para kuli panggul tumbang satu per satu.

Keributan di Blok D sampai pada telinga Asep Bensin, bergegas ia kesana bersama Husen.

"Assalamualaikum?" Asep sampai di tempat para kuli panggul. Ia kaget melihat tampilan musuh bebuyutannya yang agak berbeda. Menggunakan lipstik merah cabai, pakaian wanita dengan muka yang di taburi bedak tebal.

"kau Kendor kan" kata asep Bensin memastikan "kenapa denganmu?"

"iya, dan jangan panggil aku dengan nama Kendor" Tatang menghapiri "panggil aku Tanti, Tanti Bohai, karena aku sekarang seorang prempuan"

Mendengar itu Asep Bensin lngsung beristigfar, "apa yang merubahmu?"

"jelas untuk mengunggulimu bangsat" kata Tatang "kau sekarang menjadi taat agama untuk dapatkan surga, dan aku tak akan kalah darimu. Ketahuilah kau hanya akan dapat surga sedang aku  akan menjadi pemilik surga, karena sekarang aku seorang perempuan"

"maksudmu?" tanya Asep Bensin kebingungan

"kau tahu surga itu ditelapak kaki ibu, karena sekarang aku perempuan dan akan menjadi seorang ibu maka surga ada di telapak kakiku" jelas Tatang Kendor di iringi tawa.

Asep Bensin kembali beristigfar, tak menyangka. "Surga bukan di telapak kaki waria brengsek" ucapnya membetulkan.

Tak terima Tatang Kendor meninju Asep Bensin tapi ia berhasil meghindar. Sebenarnya Asep Bensin ingin menyelesaikan masalah ini tanpa perkelahian, setelah ia belajar agama ia sadar kekerasan bukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah terlebih lagi hari-hari belakangan ia mulai berpikir untuk mengakhiri perselisihannya dengan Tatang Kendor. Mengubur dalam-dalam dendam masa lalu dan memulai kembali persahabatan yang sempat terputus.

"sadarlah kawan, berhentilah berkelahi denganku" pinta Asep "kita sudah terlalu lama terjebak dalam dendam yang membuat kita harus bermusuhan"

Tatang Kendor tak peduli, ia terus menerus memberikan serangan dan Asep Bensin secara berulang-ulang bisa menghindarinya.

"Berhentilah, ini bukan jalan yang baik" Asep kembali  mengingatkan. Namun Tince dan edi Bopeng terus menghasut "bunuh saja Bos"

BUUUKKKK, pukulan Tatang Kendor kali ini tak bisa dihindari. Asep terpental, Husen datang membantu Asep berdiri lalu berbisik "Bunuhlah dia, halal bagimu darah seorang waria yang tak mau taubat".         

 Asep Bensin bangkit memberikan perlawanan, apalagi Husen selaku teman spiritualnya telah memberinya izin. Mereka berdua berkelahi mengeluarkan jurus-jurus andalan. Perkelahian yang sengit sampai ruang peristirahatan kuli panggul roboh.    

Sudah dua jam berlangsung tapi kedudukan masing imbang, baik Asep Bensin atau pun Tatang Kendor sama-sama mendapat luka. Asep mengalami patah tulang tangan kanan dan Tatang Kendor mengalami patah tulang rusuk. Meskipun keduanya terluka tapi tak sedikitpun terlihat ingin mengakhiri perkelahian.

Mereka terus berkelahi sampai malam hingga tubuh dilumuri darah, muka tak lagi terlihat karena memar dan tulang-tulang patah tak dapat dihitung karena banyaknya, secara bersamaan mereka tumbang. Dalam keadaan yang tak berdaya keduanya dibawa oleh anak buah masing-masing ke lapangan belakang pasar. Setengah kesadaran seseorang yang tak asing terlihat disana. Sultan Agung.

Mereka di geletakan di tanah, dibawah cahaya seadanya  Sultan Agung menghampiri "dasar orang-orang bodoh" ucapnya. Asep Bensin sebenarnya ingin sekali memukul tapi ia sudah tak punya lagi kekuatan, sedangkan Tatang Kendor hanya diam saja menahan sakit di badan.

"ternyata kalian sangat mudah untuk dijebak" kata Sultan Agung diringi tawa Husen, Tince dan juga Edi Bopeng. Asep Bensin dan Tatang Kendor sama sekali tak mengerti kenapa anak buah mereka ikut tertawa bersama Sultan Agung dan mereka pun dibuat bingung dengan kalimat "dijebak". Tak berapa lama Edi Bopeng mengeluarkan pistol lalu diberikan kepada Sultan Agung. Dan dengan penuh semangat ia menembakannya ke kepala Tatang Kendor dan Asep Bensin, mereka mati.

Ini hanyalah salah satu konspirasi elit negara dari sekian banyak konspirasi-konspirasi lainnya. Sebuah peristiwa yang sudah direkayasa sedemikan rupa. dahulu saat terjadi perebutan kekuasaan Sultan Agung dengan sengaja memberikan mereka kewenangan untuk mengatur wilayah pasar masing-masing, karena pada saat itu Sultan Agung sedang menghemat anggaran keamanan, dan kedua preman itu secara tidak langsung telah membantu penghematan karena telah membuat pasar dalam keadaan aman, selain itu Tatang Kendor dan Asep Bensin pun mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk membuat pasar menjadi ramai.

Keduanya adalah warga cibelet yang sudah banyak dikenal orang, membuat para warga cibelet mau dan percaya menjual hasil ternak, kebun dan pertanian. Padahal sebelumnya Sultan Agung sempat pesimis karena beredar kabar dari Intelegen Kesultanan bahwa warga menolak menjual hasil alam disana.

Mengingat pasar sudah ramai, kondusif maka Sultan Agung pun membuat strategi lainnya untuk menyingkirkan Asep Bensin dan juga Tatang Kendor, ia mengirim agen-agen rahasia terbaik untuk mengacaukan keadaan. Ia mengirim Husen sang ahli hipnotis untuk menyamar menjadi orang alim, ia di tugaskan mempengaruhi Asep lewat agama. Membodohinya dengan iman dan surga.

Dan Edi Bopeng merupakan pasukan khusus yang bertugas menyamar menjadi anak buah Tatang Kendor, ia bertugas menghasut agar Tatang Kendor terus bersaing dengan Asep Bensin bagaimana pun caranya. Sedangkan Tince sendiri adalah chip yang mengatur semua strategi Sultan Agung di pasar Cibelet berjalan sesuai dengan rencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun