Emosiku buncah pada puncaknya, ku tancapkan Pedang Air di atas altar. Seketika gempa bumi mengguncang di Atlantis, semua bangunan roboh, gelombang air laut yang tinggi menghantam Atlantis dari segala sudut. Menenggelamkan negeri ini dalam sekejap saja.
Suara pekik orang sekarat, mengguncang hingga negeri langit. Seketika saja semua penjaga langit dan sang penguasa menghampiriku. Yang sedang meratap sombong pada negeri indah yang kini tenggelam.
marahku terhenti ketika sang penguasa mencabut pedangku. Persetan dengan negeri langit, persetan dengan negeri Atlantis. Aku hanya ingin Putri, aku hanya inginkan cinta.Â
Murka sang penguasa membara ia putuskan agar aku tak di izinkan lagi menuju lagit, ia mematahkan sebelah sayapku agar aku tak bisa lagi terbang.
"membusuklah kau disini bajingan"
"Aku sudah tak perduli lagi denganmu keparat, enyahlah kau dari pendanganku"
Saat ini aku sendiri, menyesal? Sudah pasti. Tapi apa pun itu aku akan menerima ini. inilah pilihan bodoh yang sudah putuskan, sebuah neraka yang ku ciptakan sendiri. Cinta akan membunuhmu sama seperti ia membunuh semua yang ku miliki jika kau melihatnya tanpa kesadaran tentang memilki yang sebenar-benarnya.
"Atlantis telah hilang .. Atlantis telah tenggelam"
"Atlantis membawa serta seorang yang sampai pada saat ini memberi aku ketidakwarasan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H