Namaku Ode Putra Tabuh, salah satu dari empat penjaga langit yang kini terdampar di atas karang di tengah lautan yang luas. Umurku sudah dua ribu lima ratus tujuh puluh enam tahun, cukup lama untuk ukuran kalian.Â
Dan sudah selama itu pula aku terjebak disini bersama kutukan dari penguasa semesta, sangat menjengkelkan bukan? Tapi kutukan bukanlah satu-satunya kemalangan yang ku benci, melainkan pada keadaan kesadaranku yang semakin terkikis habis.Â
Bagaimana tidak. Selama ribuan tahun aku tak pernah berpaling dari seseorang yang sudah membuatku seperti ini, dia penghancur alam sadarku, dialah distorsi akal sehatku.
Kisah ini berawal saat sang penguasa menunjukku sebagai salah satu dari empat orang penjaga langit, sebuah kehormatan yang luar biasa bagi bangsa kami jika terpilih menjadi para penjaga, oleh sebab itu ayah mengadakan pesta meriah di rumahku sebagai wujud syukur atas penobatan ini.
Hari pergantian penjaga telah tiba, dimulai dengan upacara besar yang dihadiri oleh seluruh penghuni langit, sangat ramai. Sang penguasa berdiri dari singgasana menyambut kedatangan para penjaga.Â
Aku bersama dengan tiga orang lainnya memasuki altar penobatan di sambut dengan gemuruh tepuk tangan yang sangat meriah. Di sebelah kiri sang peguasa berdiri para penjaga langit yang akan kami gantikan, mereka tampak gagah dan tangguh.
"wahai penghuni langit" teriak sang penguasa menghentikan ramainya keadaan saat itu.
"hari ini, adalah hari yang agung, dan kalian akan menjadi saksi untuk penobatan para penjaga langit"
Sang penguasa menghampiri kami di ikuti oleh oleh seorang pelayan yang membawa empat buah Pedang.
"dengan ini, atas nama sang pencipta akan ku nobatkan kalian sebagai para penjaga langit yang terhormat"
suara tepuk tangan kembali terdengar lebih kencang dari yang tadi sehingga memekakan  telinga.