Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sang Pemberontak - Otodidak nan Berotak

9 Februari 2023   12:17 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:25 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan, Buya mengagumi Soekarno yang sejak usia muda sudah menentang kolonialisme. Hingga kala Soekarno sudah menjadi presiden. Beliau mengundang Buya untuk berdakwah di ibukota negara. Kisah manis keduanya, kelak berujung tragis. Kelak rakyat Indonesia menjadi saksi Buya justru dijebloskan dalam penjara.

Pernah Sejalan, Terpecah Kemudian

Dari tahun 1964-1966. Dua tahun lebih empat bulan lamanya, Buya dipenjara atas perintah Presiden Soekarno. Hanya karena berbeda pandangan politik dan tidak sepakat dengan Demokrasi Terpimpin, Buya difitnah hingga hidup dalam jeruji besi.

"Dia tega melemparkan fitnah kepadaku. Padahal, aku ini adalah temannya yang menurut pengakuannya sendiri sudah dianggap sebagai adiknya" (hlm.821).

Perang dingin antara Soekarno dan Buya mulai terpicu sejak Soekarno membubarkan Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dan mulai menerapkan gagasan Nasakom di Indonesia. Bagi Buya penerapan paham komunisme tidak sejalan dengan penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim.

Sebagai salah satu anggota Dewan Konstituante, Buya berada dalam garis terdepan untuk menyuarakan terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Berbeda paham ideologi yang dianut antara Soekarno dan Buya sudah saling bertolak belakang. Sulit terdamaikan.

Dalam novel ini dideskripsikan dengan rinci bahwa relasi antara Soekarno dan Buya pernah sangat harmonis. Novel ini mengisahkan perjumpaan awal keduanya di Bengkulu. Keduanya sepakat berkomitmen pada cita-cita kemerdekaan bangsa. Kalimat penyemangat Buya kepada Soekarno di hadapan Haji Abdul Karim Oei, "Sudah menjadi tugas kita untuk berjuang dan membangun negeri ini dengan seluruh tenaga, pikiran, dan waktu yang kita miliki Tuan Soekarno" (hlm. 392). Pertemuan kala itu sungguh membekas dalam ingatan keduanya. Terlebih untuk Buya yang terinspirasi banyak dari Soekarno yang jauh lebih muda.

Kisah Buya dengan Soekarno cukup mendapat ruang besar dalam novel. Selain kisah bagaimana awal mula pertemuan keduanya. Terdapat pula kisah kedekatan, hingga memuncak pada perseteruan keduanya. Soekarno memenjarakan Hamka dengan tuduhan makar. 

Pada wafatnya Soekarno, Presiden Soeharto meminta secara khusus kesediaan Buya mengimami shalat jenazah Soekarno. Berkat kecintaan yang tulus terhadap Soekarno, Buya bersedia mengimami shalat jenazah Soekarno. Sudah tak lagi diingat oleh Buya, bagaimana dia dahulu dinistakan dalam penjara oleh Soekarno.

Sebagai sesama Muslim sudah kewajibanku untuk menyempurnakan jenazah beliau dengan cara sebaik-baiknya termasuk menshalatkan jenazahnya sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam (hlm. 823-824). Pancaran ketulusan hati dari Buya mengikis ego dan dendam kesumat terhadap Soekarno. Kelak sejarah dengan tinta emas mencatat bahwa keduanya dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dalam waktu berdekatan. Buya pada tahun 2011.  Soekarno tahun 2012.

Pendekar Literasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun