***
Sehabis Ashar Tono bersepeda menyusuri jalan tanah berbatu dan berdebu di kampungnya. Tak berapa lama dia sampai rumah Sono. Begitu teduh suasana rumah itu. Terlihat sebuah pohon sawo kecik yang rindang di halamannya. Rupanya dia telah ditunggu sahabatnya di pendopo depan rumahnya.
Sore itu ada jadwal latihan bagi mereka berdua. Tapi keduanya hanya terlihat duduk di dalam pendopo tanpa ada percakapan sedikitpun dan tidak ada peragaan jurus-jurus silat di sana. Benar-benar hening suasananya. Hanya terdengar desiran angin dan gesekan dedaunan.
Rupanya kedua sahabat ini sedang berlatih olah nafas seperti yang telah diajarkan oleh Kakek. Mereka duduk bersila kedua tangan di atas lutut dengan posisi terbuka. Napas mereka teratur dengan hitungan yang sama. Tetapi Sono kelihatan gelisah.
"Hhhh ... susah sekali konsentrasinya. Sudah berkali-kali gagal fokus terus," terdengar suara Sono memecahkan keheningan, "kesemutan lagi kakiku ...."
"Iya ... napas sudah bisa teratur tapi pikiran ini belum bisa fokus," kata Tono menimpali.
Tono sedikit membuka sebelah matanya dan melirik ke arah Sono. Dilihatnya Sono berkali-kali membetulkan letak duduknya dan menarik nafas panjang. Tono hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
"Sabar, Son. Perlu latihan rutin," kata Tono sambil membuka kedua matanya dan menghentikan latihannya.
"Kamu, Ton, orangnya sabaran, pasti tidak akan kesulitan untuk fokus konsentrasi."
"Yahh ... itu kembali pada niat dan usaha kita. Apa yang kau rasakan, Son, hingga masih sulit untuk fokus konsentrasi?"
"Aku masih memikirkan tentang banyak hal. Ku coba untuk menghentikannya tapi akan muncul masalah lainnya dalam pikiranku. Silih berganti memenuhi rongga kepalaku."