Mohon tunggu...
Black Diamond
Black Diamond Mohon Tunggu... -

Warga biasa yang ingin berpartisipasi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Islam Intoleran vs Islam Toleran di Pilkada DKI Jakarta 2017

29 Maret 2017   10:49 Diperbarui: 29 Maret 2017   10:57 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa mereka tidak berbeda pendapat, pertama, kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin. Kenapa, setiap teman setia belum tentu jadi pemimpin, tapi setiap pemimpin wajib jadi teman setia orang yang dipimpinnya," ujar Rizieq.

"Pemimpin harus jadi teman setia rakyatnya.Begitu pun dalam konteks orang kepercayaan.Jadi pemimpin ini artinya lebih tinggi. Kalau jadi pelindung dan penolong umat Islam saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin," jelasnya.(baca : Di Sidang Ahok, Habib Rizieq Jelaskan Arti Aulia di Al-Maidah 51)

Saya akan mencoba membahas perkataan Habib Rizieq,  “kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin” Namun sebelumnya kita akan membahas surat Al Maidah ; 51 terlebih dahulu.

Kenapa Al Maidah 51 melarang umat Muslim menjadikan Nasrani dan Yahudi menjadi teman setia?

Jika kata awliya diartikan sebagaimana kisah penyebab turunnya surat Al Maidah ayat 51, yaitu :

Sebagai teman setia (tafsir Departemen Agama) untuk melindungi atau menolong mereka (friends/protector/helper – Tafsir The Noble Quran) dengan cara berpindah agama (melebur sehingga tidak ada lagi perbedaan termasuk dalam kepribadian dan keyakinan.-Tafsir Al Misbah)”. Jelaslah bahwa yang terlarang adalah menjadikan mereka sebagai teman setia (yang sangat dekat sekali sampai tidak ada perbedaan dan keyakinan atau sampai membuat kita berpindah agama dan meyakini agama mereka). Hal itulah yang terlarang.

Sedangkan jika hanya menjadikan teman saja tanpa meyakini keyakinan mereka (berpindah agama) maka itu tidaklah terlarang. (baca :Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI terhadap Ahok Bukan Fatwa, Benarkah Surat Al Maidah Ayat 51 tentang Pemilihan Pemimpin?)

Disini sebenarnya jelaslah bahwa umat Islam hanya dilarang menjadikan Nasrani dan Yahudi sebagai teman setia karena dikhawatirkan karena kesetiaan kita, maka kita akan meyakini keyakinan dari teman setia kita tersebut dan kemudian berpindah ke agama teman kita itu.  Sedangkan jika kita hanya berteman saja dan tidak meyakini keyakinan agama teman kita tersebut maka tidaklah dilarang.

Jadi ayat ini tentang pertemanan dan batasan-batasan pertemanan dalam keyakinan beragama. Bukan tentang pemilihan pemimpin.

Perkataan Habib Rizieq; “kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin.” Mengandung pengertian bahwa dia sebenarnya juga mengakui bahwa kata awliya pada surat Al Maidah 51 artinya adalah  teman setia dan bukanlah pemimpin.

Namun dia menekankan bahwa  “kalau menjadi orang setia atau orang kepercayaan saja tidak boleh, apalagi jadi pemimpin.” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun