Nah, disinilah kita bisa mengetahui inti dari pengeditan Keputusan Muktamar XXX NU di Lirboyo tentang hukum memilih pejabat non-Islam.
Keputusan Muktamar XXX NU jika dipotong sampai kata darurat saja, maka penafsirannya adalah ; “Umat Islam dilarang memilih pejabat non Islam kecuali dalam keadaan darurat.” Stop sampai disana. Daruratnya pun membingungkan. Apakah keadaan perang? Genting, atau apa?
Dan yang jelas umat beragama lain akan menganggap umat Islam berlaku tidak adil kepada umat yang beragama lainnya. Padahal Rasul dan Sahabat berlaku adil kepada umat agama lain yang hidup dilingkungan Islam (ahl al adzimah).
Dan Jika Keputusan Muktamar XXX NU dibaca secara penuh, tidak dipotong atau diedit maka penafsirannya seperti kata Gus Sholah, “Ketika betul-betul sudah tidak ada pemimpin muslim yang punya kompetensi, tidak ada yang adil, amanah. Dan calon non muslim betul-betul adil, amanah, kompeten maka diperbolehkan memilih pejabat non muslim.”
Jadi ada dua kontradiksi antara Keputusan Muktamar XXX NU yang diedit dengan yang tidak diedit.
Yang diedit implikasinya adalah umat Islam dilarang memilih pejabat dari kalangan non Islam.
Sedangkan jika diambil keseluruhan maka artinya adalah umat Islam boleh memilih pejabat non Islam jika calon pemimpin yang Islam dianggap tidak bisa berlaku adil, amanah, dan kompeten sedangkan calon pemimpin yang non Islam betul-betul adil, amanah dan kompeten.
Kenapa ada upaya agar keseluruhan hasil Keputusan Muktamar XXX NU tidak diketahui (disembunyikan)? Karena hasil Keputusan Muktamar XXX NU di Lirboyo dapat menjadi acuan/pedoman/landasan bagi umat Islam untuk memilih pejabat yang beragama non Islam. Dalam hal ini menjadi pedoman dalam memilih Ahok.
Jika umat Islam lain tahu maka akan ada banyak umat Islam yang semakin yakin kepada Ahok karena dianggap lebih adil, amanah dan kompeten di banding calon yang lainnya.
Jawaban pertanyaan dari Gus Sholah membuktikan bahwa dia benar-benar seorang ulama yang bijaksana.
Meskipun sempat dengan secara “paksa” diseret oleh salah satu pihak “lewat skenario” bahwa dia seakan-akan mengajak umat Islam untuk tidak memilih calon non Islam lewat berita “screenshoot” ditwitternya saat menjawab pertanyaan dengan gambar yang diedit (seperti jebakan betmen), namun dengan kebijaksanaan dan pemikirannya mampu lolos dan membuktikan bahwa beliau memang pantas untuk dijadikan panutan bagi kalangan NU.