Mereka memesan teh dari bar yang tersedia di kapal, suami mereka juga asik dengan obrolan khas para lelaki Turki.
Waode duduk di bangku memanjang dekat jendela berseberangan dengan teman temanya yang sedang membicarakan rencana liburan mereka ke Indonesia tahun depan.Â
Waode melepas pandangan jauh ke ujung selat. Tangan nya menggenggam segelas teh kaca khas Turki untuk menghangatkan jemarinya di suhu bulan Desember.Â
Kepala Waode sedikit menunduk ,bola matanya tertuju pada buih  putih yang berkejaran seakan mengiringi langkah kapal mengingatkan Waode pada kejadian 5 tahun silam,pandanganya nanar
"Bundaaa...banguun!" Â Kakak teriak histeris sambil mengguncang tubuh nya.
"Bundaaaaa....bundaaa...!" Suara adik tak kalah pilu memanggil bundanya.
Kakak yang baru berusia 7 tahun dan adik 5 tahun belum memahami benar apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan melihat ibunya terbujur diam dengan mulut mengeluarkan busa yang tak wajar.Â
Kakak berlari keluar rumah meninggalkan Bunda dan adiknya, dia berteriak teriak minta tolong.Â
"Tolong Bunda ...tolong Bunda..tolong!" jeritnya sambal berurai airmata berlari tanpa arah, tak banyak kalimat yang bisa ia ucapkan,diujung langkah kaki mungilnya, Ia terkulai.Â
Para tetangga yang mendengar teriakan segera membopong bocah itu dan membawanya kembali ke dalam rumahnya untuk mengecek gerangan apa yang terjadi. Mereka sangat kaget Waode yang mereka kenal sanggup melakukan hal tak terduga ini. Waode yang hampir sekarat dibawa ke Rumah Sakit terdekat.
Tetangga mengenal Waode sebagai ibu rumah tangga yang baik dan sabar. Suaminya seorang aparat negara. Sejauh mereka tahu saat kendaraan dinasnya ada digarasi rumah, para tetangga seringkali mendengar suara suara gaduh atau sesuatu yang terjatuh dilantai ditingkahi jeritan Waode disusul tangisan anak anak. Ini seperti laporan harian yang tak diharapkan warga